Harga Minyak Turun Dipicu Kebuntuan Kenaikan Plafon Utang AS
Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Jumat (19/5) atau Sabtu pagi waktu Indonesia, karena investor khawatir politisi AS akan gagal menyepakati plafon utang baru dan memicu gagal bayar utang yang akan merugikan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar.
Brent berjangka turun 28 sen atau 0,8% menjadi US$ 75,58 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk kontrak Juli 2023 turun 25 sen atau 0,3%, menjadi US$ 71,69. Sedangkan WTI untuk kontrak Mei 2023, yang akan berakhir pada hari Senin, turun 31 sen, atau 0,4%, menjadi US$ 71,55.
Namun demikian, harga minyak mentah Brent dan WTI mencatat kenaikan mingguan pertama mereka dalam sebulan, dengan kedua harga minyak acuan tersebut naik sekitar 2%.
Harga minyak merosot US$ 1 per barel setelah Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS dan pemerintahan Presiden Joe Biden pada hari Jumat menghentikan pembicaraan untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal sebesar US$ 31,4 triliun.
Departemen Keuangan telah memperingatkan pemerintah tidak dapat membayar semua tagihannya pada 1 Juni. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kesepakatan tetap memungkinkan.
Pasar juga ketakutan oleh komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa inflasi "jauh di atas" target Fed, menambahkan belum ada keputusan yang dibuat mengenai tindakan suku bunga berikutnya.
“Tampaknya mereka tidak akan menyelesaikan kesepakatan utang hari ini. Peluang kenaikan (suku bunga) 25 basis poin dalam pertemuan Juni meningkat dari hari ke hari. Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mempertahankan bullish pasar,” kata analis Mizuho Robert Yawger, seperti dikutip Reuters, Sabtu (20/5).
Menyusul laporan negosiasi plafon utang yang dihentikan dan komentar Powell, saham AS, imbal hasil Treasury, dan dolar semuanya bergerak lebih rendah.
Memberikan beberapa dukungan untuk pasar, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menegaskan kembali kekuatan dan kesehatan sistem perbankan negara itu dalam pertemuan dengan CEO bank pada hari Kamis.
Jumlah rig minyak AS, indikator produksi di masa depan, turun 11 menjadi 575 minggu ini, penurunan mingguan terbesar sejak September 2021, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Sementara itu Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) AS mengatakan bahwa manajer uang memangkas net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam sepekan hingga 16 Mei.
Sementara potensi kenaikan suku bunga tambahan meningkatkan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan di Amerika Serikat. “Harga dapat naik karena permintaan Cina yang lebih tinggi sepanjang 2023,” kata analis dari National Australia Bank.
Throughput kilang minyak Cina pada bulan April naik 18,9% dari tahun sebelumnya ke level tertinggi kedua dalam catatan. Penyulingan Cina mempertahankan kinerja tinggi untuk memenuhi pemulihan permintaan bahan bakar domestik dan membangun stok menjelang musim perjalanan musim panas.