Luhut Sebut AS Coba Ganjal Ekspor Produk Nikel Indonesia

Andi M. Arief
9 Juni 2023, 13:39
luhut, nikel, amerika serikat
Humas Kemenko Marves
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam rapat koordinasi mengenai kelangkaan minyak goreng rakyat, Senin (6/7).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan mengatakan ada beberapa kebijakan di Amerika Serikat yang menyulitkan pengapalan produk pengolahan nikel ke Negeri Paman Sam. Walau demikian, pemerintah tak mau didikte AS.

Proses negosiasi dengan Amerika Serikat terkait implementasi larangan ekspor nikel dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2019. AS akhirnya menyetujui aturan tersebut setelah pemerintah mengambil langkah.

"Negara seperti Indonesia tidak bisa diatur negara maju. Jadi saya katakan, kalau tidak setuju, kami buka 99% ekspor bijih nikel ke Cina," kata Luhut dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR, Jumat (9/6).

Akan tetapi, Luhut mengamati masih ada satu kebijakan yang akan menghalangi ekspor produk olahan bijih nikel ke Amerika Serikat. Kebijakan yang dimaksud adalah Undang-Undang Pengurangan Inflasi atau IRA.

Aturan ini membuat mobil elektrik atau EV yang dibuat di Amerika Serikat mendapatkan subsidi dan insentif fiskal hingga US$ 7.000 atau sekitar Rp 104 juta per unit. Dengan demikian, daya saing baterai dari Indonesia akan rendah di pasar Amerika Serikat.

Luhut menjelaskan aturan tersebut akan sangat berdampak kepada produksi baterai EV di dalam negeri. Pasalnya, mayoritas teknologi produksi yang digunakan berasal dari Cina.

Namun ia mengimbau pelaku industri untuk tidak terlalu khawatir terkait hal tersebut. Pasalnya, teknologi produksi baterai EV dari Cina lebih maju hingga 7 tahun dibandingkan teknologi AS.

 "Cina memberikan teknologi itu pada kita. Sekaran kita proses bijih nikel di dalam negeri," kata Luhut.

Luhut berpendapat IRA justru akan berdampak negatif pada produsen unggulan di Amerika Serikat, yakni Ford dan Tesla. Hal tersebut mengingat Ford dan Tesla memiliki kerja sama dengan beberapa perusahaan di dalam negeri untuk memproduksi baterai EV maupun EV.

Fokus Hilirisasi Selanjutnya

Luhut mengatakan beberapa komoditas yang sedang dikembangkan adalah nikel, bauksit, timah, tembaga, dan silika. Menurutnya, pemerintah akan mendorong pengembangan hilirisasi dalam membuat fiberglass atau serat optik.

Fiberglass adalah inti kabel yang digunakan untuk menghubungkan jaringan internet. Pada 2019, kapasitas produksi serat optik nasional mencapai 10 juta kilometer atau setara dengan 200.000 Km kabel serat optik.

Luhut mengatakan hilirisasi produk tersebut dapat menciptakan 60.000 industri turunan. Sebagai informasi, industri turunan pengolahan bijih nikel adalah sendok, garpu, dan alat operasi.

Ia mengatakan konsistensi program hilirisasi selama 20 tahun akan membuat Indonesia masuk dalam kelompok negara berpendapatan tinggi. Menurutnya, program hilirisasi tidak boleh dilihat secara terpisah, tapi secara holistik.

"Untuk jadi negara maju dan GDP kita mencapai US$ 10 triliun," kata Luhut.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...