Pertamina Raih Pinjaman Asing Rp 46 T untuk Proyek Kilang Balikpapan
Pertamina telah mendapatkan dukungan kredit pendanaan senilai US$ 3,1 miliar atau setara Rp 46,15 triliun dari Export Credit Agency (ECA) dan beberapa lembaga keuangan komersial untuk penyelesaian proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan.
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, mengatakan perusahaan masih terus mencari sumber pendanaan lain dari lembaga keuangan internasional untuk memuluskan proyek Kilang Balikpapan.
Pemerintah ingin meningkatkan kapasitas pengolahan kilang menjadi 360.000 barel per hari, serta meningkatkan kualitas pengolahan minyak mentah untuk menghasilkan BBM setara Euro V.
Langkah Pertamina yang berhasil mengunci sumber pendanaan dari ECA berkontribusi pada separuh nilai total investasi perluasan Kilang Balikpapan yang mencapai US$ 7,24 miliar. Emma melaporkan bahwa saat ini capaian proyek perluasan kilang sudah mencapai 72% dan ditargetkan bisa menjalani tahap pengujian pada 2024.
"Pendanaan dari ECA dan beberapa lender sudah mau closing. Fasilitas yang Pertamina peroleh kurang lebih US$ 3,1 miliar," kata Emma di Gedung Nusantara I DPR Jakarta pada Rabu (14/6).
Pertamina sebelumnya juga telah mendapatkan pinjaman senilai US$ 99,7 juta atau sekira Rp 1,47 triliun dari Bank Ekspor-Impor Amerika Serikat (AS) atau US EXIM Bank untuk proyek ekspansi Kilang Balikpapan. Pertamina berhasil mencairkan kredit tersebut pada 5 Mei 2023 lalu.
Rencana pembiayaan tersebut akan digunakan untuk meningkatkan produksi bensin Kilang Balikpapan hingga 101.000 barel per hari. Menurut pemberitahuan Pemerintah AS, pinjaman yang diusulkan mencakup ekspor peralatan dan layanan AS sekitar US$ 63,9 juta untuk meningkatkan dan memperluas fasilitas pengolahan kilang.
"Secara substansial dapat mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar transportasi yang diimpor sambil meningkatkan ke standar yang lebih bersih," kata Reta Jo seperti dikutip dari Bloomberg pada Senin (15/5).
Selain melalui pinjaman internasional, pembiayaan proyek Kilang Balikpapan juga bersumber pada keuangan internal perseroan senilai US$ 1 miliar atau sekira Rp 15,2 triliun.
Proyek RDMP Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dilaksanakan oleh PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPI). Proyek RDMP Balikpapan di desain untuk meningkatkan kapasitas pengolahan yang semula 260 barel per hari menjadi 360 barel per hari dengan peningkatan kualitas dari Euro II menjadi Euro V.
Proyek tersebut meliputi pembangunan New Workshop & Warehouse, Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Feed Tank, Boiler, New Flare BPP II, FCC & FCC NHT, dan Terminal Lawe-Lawe Facilities.
Selain pemenuhan kebutuhan bahan bakar nasional, kilang Balikpapan juga nantinya akan memproduksi produk petrokimia yaitu Propylene sebesar 225 KTPA yang akan menjadi feedstock dari New Polypropylene (PP) Balongan guna substitusi produk impor.
Pengembangan kilang minyak tercantum dalam keputusan Presiden Joko Widodo, yaitu Peraturan Presiden RI Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
Proyek-proyek kilang tersebut yakni perluasan kapasitas Kilang Balongan, ekspansi Kilang Balikpapan, revitalisasi Kilang Cilacap, penambahan kapasitas Kilang Plaju dan perluasan kapasitas Kilang Dumai.