Kementerian ESDM Endus Potensi Lithium di Wilayah Panas Bumi Dieng
Kementerian ESDM melaporkan adanya potensi sumber daya lithium di wilayah kerja panas bumi (WKP) Dieng, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Kandungan lithium itu belakangan menjadi mineral ikutan yang turut terbawa dari proses pengangkutan uap air di sumur panas bumi.
Direktur Panas Bumi, Harris Yahya, mengatakan bahwa WKP Dieng mengandung potensi sumber daya lithium yang produktif. Namun, harris mengaku belum bisa memastikan berapa besar jumlah potensi sumber daya lithium yang terletak di WKP milik PT Geo Dipa Energi tersebut.
Adapun Geo Dipa merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan. "Dari studi awal potensi lithium dari panas bumi ditemukan potensi yang cukup baik di PLTP Dieng," kata Harris lewat pesan singkat pada Jumat (7/7).
Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Dieng mulai beroperasi sejak 10 Mei 1997 untuk menyedot uap panas dari perut bumi hingga kedalaman 2.641 meter.
Usai disedot ke permukaan, uap panas bertemperatur 188,62 derajat celsius ini kemudian diarahkan ke tangki separator. Di dua unit tangki setinggi 30 meter itu, uap panas akan dipisahkan dari kandungan air. Di dalam alat ini, air yang lebih berat dari uap akan menyendap di bawah tangki.
Sementara uap panas bertekanan 10,59 bar dipindahkan ke Atmospheric Flash Tank (AFT). Konstruksinya mirip dengan cerobong asap kapal pesiar.
Selanjutnya, uap panas kering akan dialirkan ke pembangkit small scale dengan kapasitas 10 MW dan power plant di unit 1 berkapasitas 50 MW. Uap tersebut diarahkan melalui pipa besi. Semantara itu, air yang mengendap di separator dialirkan ke kolam air panas alias brine water agar suhunya turun.
Dasar kolam tersebut dilapisi oleh material yang berfungsi sebagai pendingin air, brine water juga memiliki fungsi sebagai media pengendapan silica dan lithium yang terbawa oleh uap air.
Lebih lanjut, kata Harris, pemerintah masih mencari mitra potensial untuk pengembangan mineral ikutan lithium tersebut. "Belum, masih cari mitra untuk pengembangannya," ujar Harris.
Lithium merupakan mineral utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik selain nikel, mangan, dan kobalt. Pengembangan lithium di Indonesia dinilai penting untuk mengerek inovasi penciptaaan ekosistem baterai kendaraan listrik.
Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menemukan bahwa 75% dari mobil listrik yang terjual di Indonesia pada 2022 menggunakan baterai berbasis besi yang dikenal sebagai lithium iron phospate (LFP).
Dalam laporannya, IEEFA menyampaikan salah satu mobil listrik yang menggunakan baterai LFP yaitu Wuling Air EV. Selain di Indonesia, hampir separuh mobil baru yang diproduksi Tesla menggunakan baterai LFP, terutama Model 3 dan Model Y yang dijual di Cina pada kuartal I 2022.
Merujuk riset IEEFA, kendaraan listrik yang menggunakan jenis baterai LFP adalah mobil listrik Wuling Air EV. Sementara untuk jenis motor listrik yang memasang baterai LFP tanpa kandungan nikel adalah Smoot Elektrik Tempur, Volta 401, Selis E-Max dan Polytron PEV30M1 (Fox-R).
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) telah menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Australia Barat pada Selasa, 4 Juli lalu. Perjanjian tersebut mengenai rencana aksi pengolahan mineral kritis di Indonesia dan Australia.
Duta Besar RI untuk Australia, Siswo Pramono, mengatakan kemitraan antara Indonesia dan Australia dapat membuka peluang besar di sektor mineral kritis mengingat Australia Barat memiliki cadangan mineral yang melimpah untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik.
Menurutnya, kedua negara dapat berkontribusi lebih besar pada rantai pasok global untuk suplai kebutuhan baterai dan mineral penting.
"Australia akan menjadi pemasok lithium dan Indonesia akan menjadi pemasok nikel, di mana keduanya merupakan komponen utama dalam produksi kendaraan listrik,” kata Siswo Pramono dalam siaran pers pada Selasa (4/7).