Kekhawatiran Inflasi Mereda, Harga Minyak Brent Kembali Sentuh US$ 80
Harga minyak patokan global, Brent kembali naik menembus level US$ 80 per barel pada perdagangan Rabu (19/7). Bangkitnya Brent didorong oleh janji Cina untuk menggenjot kembali pertumbuhan ekonomi dan meredanya kekhawatiran inflasi di Amerika Serikat (AS) sehingga The Fed diharapkan berhenti menaikkan suku bunga.
Harga Brent naik US$ 0,64 menjadi US$ 80,27 per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 0,44 menjadi US$ 76,19 per barel.
Perencana ekonomi top Cina berjanji akan meluncurkan kebijakan untuk memulihkan dan meningkatkan konsumsi, yang akan menjadi sentimen positif terhadap permintaan minyak sehingga mendorong harga.
Di AS, sebuah laporan pada hari Selasa menunjukkan penjualan ritel naik kurang dari yang diharapkan pada bulan Juni, meningkatkan ekspektasi The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga setelah kenaikan 25 basis poin yang diperkirakan diambil pada pertemuan 25-26 Juli.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi permintaan minyak.
Dalam tanda positif lainnya, anggota dewan gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Klaas Knot pada hari Selasa menyarankan bahwa kenaikan suku bunga di luar pertemuan minggu depan “sama sekali bukan kepastian”.
Sementara itu, data inflasi terbaru dari Kanada dan Inggris yang menunjukkan tanda-tanda mendingin juga mengangkat sentimen.
“Pedagang mulai menjadi jauh lebih optimis karena inflasi mereda. Setiap peningkatan data inflasi juga berarti peningkatan permintaan minyak,” kata kepala investasi di Zaye Capital Markets Naeem Aslam, seperti dikutip Reuters.
Di sisi pasokan, data dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan semuanya turun minggu lalu.
Analis PVM John Evans mengatakan salah satu alasan utama di balik pembukaan pasar yang jinak adalah laporan API, dengan penarikan minyak mentah yang diharapkan dari 2,3 juta barel berubah menjadi hanya 800.000 barel.
Sementara itu, Rusia akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 2,1 juta metrik ton pada kuartal ketiga, sejalan dengan rencana pemotongan ekspor sukarela sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus, menurut pernyataan kementerian energi negara tersebut.