Harga Batu Bara Turun Usai Reli Panjang, Meski Permintaan Capai Rekor

Happy Fajrian
28 Juli 2023, 14:32
harga batu bara,
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nym.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (24/2/2023).

Harga batu bara tergelincir usai reli panjang selama sembilan hari berturut-turut. Penurunan harga terjadi di tengah prospek permintaan tahun ini yang diperkirakan tetap berada pada kisaran rekor tertingginya yang dicapai pada 2022.

Mengutip barchart, harga batu bara untuk kontrak Agustus turun US$ 3 per ton atau 2,03% menjadi 144,65. Sedangkan untuk kontrak September turun US$ 3,20 atau 2,12% ke level US$ 147,75 per ton. Sebelumnya, harga naik selama sembilan hari berturut-turut.

Badan Energi Internasional (Internasional Energy Agency/IEA) mengatakan bahwa konsumsi batu bara dunia naik ke level tertingginya sepanjang masa pada 2022 dan akan berada di kisaran tersebut tahun ini seiring kuatnya permintaan di Asia baik untuk pembangkitan listrik maupun industri.

Lonjakan permintaan di Asia melampaui penurunan konsumsi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, salah satunya karena pasokan gas alam yang melimpah yang membuat konsumsi energi beralih dari batu bara yang mahal ke gas yang harganya terus turun.

Konsumsi batu bara global pada 2022 tercatat naik 3,3% menjadi 8,3 miliar ton. Pada 2023 dan 2024, IEA memperkirakan akan terjadi penurunan konsumsi batu bara untuk pembangkitan listrik. Namun penurunan tersebut akan digantikan peningkatan konsumsi batu bara untuk industri.

Cina, India, dan negara Asia Tenggara secara bersama-sama akan berkontribusi terhadai 3/4 konsumsi batu bara global pada 2023. Di Uni Eropa, pertumbuhan konsumsi batu bara sangat minimal pada 2022 karena peningkatan sementara untuk pembangkitan listrik dibarengi dengan turunnya konsumsi untuk industri.

“Konsumsi batu bara Eropa diperkirakan turun tajam tahun ini seiring meningkatnya kapasitas energi terbarukan, dan pembangkitan listrik nuklir dan air yang bangkit. Di Amerika, gerakan untuk meninggalkan batu bara didukung oleh harga gas alam yang lebih murah,” tulis laporan IEA, dikutip Jumat (28/7).

Setelah tiga tahun penuh gejolak yang ditandai dengan guncangan Covid-19 pada tahun 2020, pemulihan pascapandemi yang kuat pada tahun 2021, dan gejolak yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, pasar batubara sejauh ini telah kembali ke pola yang lebih dapat diprediksi dan stabil pada tahun 2023.

Permintaan batu bara global diperkirakan tumbuh 1,5% pada paruh pertama 2023 menjadi total 4,7 miliar ton, terangkat oleh peningkatan 1% pada pembangkitan listrik dan 2% untuk penggunaan industri nonlistrik.

Berdasarkan wilayah, permintaan batubara turun lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya pada paruh pertama tahun ini di Amerika dan Uni Eropa – masing-masing sebesar 24% dan 16%. Namun, permintaan dari dua konsumen terbesar, Cina dan India, tumbuh lebih dari 5% selama semester pertama, melebihi penurunan di tempat lain.

“Batu bara adalah sumber emisi karbon terbesar dari sektor energi, dan di Eropa dan Amerika Serikat, pertumbuhan energi bersih telah membuat penggunaan batu bara mengalami penurunan struktural,” kata Direktur Pasar dan Keamanan Energi IEA Keisuke Sadamori.

“Tetapi permintaan tetap tinggi di Asia, meskipun banyak dari ekonomi tersebut telah secara signifikan meningkatkan sumber energi terbarukan,” ujarnya lagi.

Menurutnya, dibutuhkan  upaya kebijakan dan investasi yang lebih besar, yang didukung kerja sama internasional yang lebih kuat, untuk mendorong lonjakan energi bersih dan efisiensi energi secara besar-besaran guna mengurangi permintaan batu bara di negara-negara yang kebutuhan energinya tumbuh cepat.

Konsumsi Asia Tumbuh Tinggi, Amerika dan Eropa Turun

Pergeseran permintaan batu bara ke Asia terus berlanjut. Pada 2021, Cina dan India telah menyumbang duapertiga dari konsumsi global, yang berarti bersama-sama mereka menggunakan batu bara dua kali lebih banyak daripada gabungan seluruh dunia.

Pada 2023, bagian dua negara tersebut akan mendekati 70%. Sebaliknya, Amerika dan Uni Eropa – yang bersama-sama menyumbang 40% tiga dekade lalu dan lebih dari 35% pada awal abad ini – mewakili kurang dari 10% konsumsi global saat ini.

Perpecahan yang sama diamati di sisi produksi. Tiga produsen batu bara terbesar, Cina, India, dan Indonesia, semuanya mencatatkan rekor produksi pada 2022. Pada Maret 2023, Cina dan India mencetak rekor bulanan baru, dengan Cina melampaui 400 juta ton untuk kedua kalinya dan India melampaui 100 juta ton untuk pertama kali.

Juga pada Maret, Indonesia mengekspor hampir 50 juta ton, volume yang belum pernah dikirim oleh negara mana pun sebelumnya. Sebaliknya, Amerika, yang pernah menjadi produsen batu bara terbesar di dunia, produksinya kini hanya separuh dari level puncak produksi pada 2008.

Setelah volatilitas ekstrim dan harga tinggi tahun lalu, harga batu bara turun pada paruh pertama tahun 2023 ke tingkat yang sama seperti yang terlihat pada musim panas 2021, didorong oleh pasokan yang cukup dan harga gas alam yang lebih rendah.

Harga batu bara termal kembali di bawah harga batu bara kokas, dan harga premium yang besar untuk batu bara Australia menyempit menyusul meredanya cuaca La Niña yang mengganggu yang telah menghambat produksi.

Batu bara Rusia telah menemukan pembeli baru setelah dilarang di Eropa, tetapi seringkali dengan diskon yang cukup besar. Batu bara yang lebih murah membuat impor lebih menarik bagi beberapa pembeli yang sensitif terhadap harga.

Impor Cina hampir dua kali lipat pada paruh pertama tahun ini, dan perdagangan batu bara global pada 2023 diperkirakan akan tumbuh lebih dari 7%, melampaui pertumbuhan permintaan secara keseluruhan, mendekati tingkat rekor yang terlihat pada 2019.

Sementara itu IEA memperkirakan perdagangan batu bara lintas laut pada 2023 kemungkinan akan berhasil melampaui rekor 1,3 miliar ton yang dicapai pada 2019.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...