MIND ID Kukuh Cari Jalan Demi Genggam Hak Pengendalian Vale Indonesia
PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID terus berupaya menjadi pihak pengendali operasi sekaligus pemegang hak konsolidasi keuangan PT Vale Indonesia atau Vale, menyusul divestasi tambahan 14% saham Vale ke MIND ID tahun ini.
Sekretaris Korporasi MIND ID Heri Yusuf mengatakan Holding Industri Pertambangan BUMN ini layak menjadi pengendali operasi Vale, seiring statusnya sebagai calon pemilik mayoritas dengan 34% saham Vale. Jumlah ini akan menggungguli kepemilikan Sumitomo Metal Mining dan Vale Canada Limited (VCL) atas saham Vale.
"Untuk jumlah persentase penambahan saham, berapapun nilai divestasi yang harus MIND ID keluarkan jika tanpa hak pengendalian atas keputusan strategis Vale ke depannya, maka pertambahan saham tersebut menjadi kurang strategis," kata Heri lewat pesan singkat pada Ahad (6/8).
Menurut Heri, MIND ID memiliki kelengkapan fasilitas dan infrastruktur pertambangan nikel yang mumpuni sebagai modal pengendali operasi Vale. Bekal itu berasal dari pengalaman PT Aneka Tambang (Antam), anggota grup MIND ID yang saat ini mengelola komoditas tambang nikel.
Sejak Juli lalu, Antam menambah kapasitas produksi feronikel hingga 50% dari operasional smelter Halmahera Timur (Hatim) di Maluku Utara. Smelter feronikel Haltim merupakan pabrik pembuatan baja dengan kapasitas 13.500 ton feronikel.
Smelter feronikel Haltim menjadi pendukung produksi feronikel dari Pabrik Feronikel Kolaka di Sulawesi Tenggara dengan kapasitas mencapai 27.000 ton feronikel. Lewat gabungan kapasitas dua pabrik peleburan nikel tersebut, Antam bakal memiliki portofolio kapasitas produksi feronikel sebesar 40.500 ton, atau meningkat 50% dibanding sebelumnya.
"Kesiapan MIND ID dalam divestasi ini tidak hanya dalam hal pendanaan namun juga dari aspek pengelolaan operasional," ujar Heri.
MIND ID juga membuat rencana strategis setelah divestasi tambahan 14% saham Vale. Nantinya, hasil komoditi nikel Vale akan menjadi salah satu produk penting dalam mewujudkan program hilirisasi pemerintah, yakni rencana pengembangan bisnis kendaran baterai listrik domestik.
"MIND ID sedang menunggu keputusan pemerintah dalam hal divestasi Vale. Kami percaya bahwa hasil keputusan nanti sesuai dengan keputusan presiden yang mengutamakan kepentingan nasional," kata Heri.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengabarkan proses divestasi lanjutan 14% saham Vale ke MIND ID telah masuk tahap finalisasi.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan penyelesaian divestasi lanjutan Vale telah dibahas secara mendalam saat dirinya melangsungkan pertemuan dengan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia pada Senin, 31 Juli lalu.
Dia menyebut, negosiasi divestasi saham Vale tengah masuk ke dalam pembahasan business to business alias B to B antara MIND ID sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia dengan Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining sebagai dua pemegang saham mayoritas Vale.
Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI), pemegang saham Vale Indonesia saat ini terdiri dari VCL dengan 43,79%, Sumitomo Metal Mining 15,03%, MIND ID 20%, Vale Japan Limited 0,55%, Sumitomo Corporation 0,14%, dan publik 20,49%.
Arifin mengatakan komposisi 14% saham tersebut akan diambil dari pembagian saham VCL dan Sumitomo Metal Mining. Pembahasan bisnis itu juga bakal menegosiasikan besaran harga saham divestasi, dan terkait konsolidasi keuangan.
"Divestasi Vale saat ini finishing, sudah masuk tahap B to B. (Soal konsolidasi keuangan) juga B to B, dibahas dalam mekanisme manajemen internal," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (4/8).
Pelepasan tambahan 14% saham Vale kepada entitas lokal merupakan syarat perpanjangan kontrak karya (KK) pertambangan, sebagaimana diatur dalam Pasal 112 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Pelepasan tersebut melengkapi divestasi 40% saham yang dijual perusahaan itu kepada pihak Indonesia pada 1990 dan 2020. KK pertambangan Vale akan berakhir pada 28 Desember 2025. "Sehingga total saham vale di Indonesia mencapai 54%," ujar Arifin.
Arifin juga telah memberi sinyal menyetujui permintaan VCL untuk menjadi pengendali operasi PT Vale Indonesia. Rencana tersebut berpotensi menggugurkan ambisi MIND ID yang juga ingin menjadi pemegang kendali operasi Vale.
Dia mengatakan VCL unggul dalam kemampuan pengolahan nikel. Dia menyebut VCL punya pengalaman puluhan tahun sebagai penambang sekaligus pengolah bijih nikel lewat modal kepemilikan fasilitas pemurnian.
"Kalau soal kendali operasi iya, karena kemampuan pengoperasian pertambangan mereka unggul," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (28/7).
Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memproyeksi MIND ID bakal menggenggam 34% saham Vale. Sementara porsi kepemilikan VCL susut menjadi 33,49%.
Ketua Perhapi, Rizal Kasli, mengatakan proses divestasi lanjutan Vale bakal mirip dengan mekanisme divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Skema tersebut menjadikan Freeport McMoran sebagai pengendali operasi Freeport meski MIND ID memiliki 51,2% kepemilikan saham PTFI.
Pemberian hak pengendali operasi kepada VCL bakal memberikan kewenangan utuh untuk menentukan anggaran operasional perusahaan, rencana perusahaan hingga Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Vale Indonesia.