Indonesia dan Jerman Bangun Pabrik Hidrogen Hijau Rp 7,6 T di Aceh
PT Pupuk Iskandar Muda atau PIM bersama PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN menyepakati kerja sama dengan investor pengembang infrastruktur energi asal Jerman, Augustus Global Investment (AGI), untuk membangun pabrik hidrogen hijau di Kawasan Industri Lhoksumawe, Aceh.
Pembangunan pabrik diperkirakan menelan biaya US$ 500 juta atau sekira Rp 7,6 triliun, dan diproyeksikan rampung pada 2026. Kapasitas produksi pabrik diperkirakan mencapai 35.000 ton hidrogen hijau per tahun.
Direktur Utama PIM Budi Santoso Syarif mengatakan pabrik akan berdiri di lahan seluas 50 hektar milik perusahaan. Sementara itu, kerja sama dengan PLN untuk mengakomodir kebutuhan listrik pabrik yang mencapai 30 megawatt (MW). Listrik yang disalurkan oleh PLN akan hadir dari pembangkit energi terbarukan.
Menurut Budi, pabrik itu juga mampu menghasilkan 180.000 ton ammonia per tahun dari hasil konversi 35.000 ton hidrogen hijau.
"AGI ada pendanaan dan mereka sewa lahan. Mereka juga mendukung dalam hal teknologi," kata Budi di Kantor Kementerian ESDM pada Senin (28/8).
Produksi hidrogen hijau diyakini mampu menekan emisi karbon dari sektor industri. Meski begitu, Budi belum merinci harga jual dari produk hidrogen hijau yang akan dibuat. "Kami belum tahu harga green hydrogen ini, tapi yang pasti sebagai pengurang emisi," ujar Budi.
Direktur Utama AGI Fadi Krikor mengatakan akan memetakan calon pembeli potensial dari produk hidrogen hijau tersebut. Sebagian besar akan dikirim ke pasar Asia seperti Jepang, Korea, Singapura hingga Jerman.
Menurut Krikor, pembangunan pabrik akan dimulai pada 2024 dan diharap mampu memproduksikan hidrogen hijau pada 2026. "Mitra kami PLN akan menyediakan energi ramah lingkungan untuk produksi hidrogen ini," ujar Krikor pada kesempatan yang sama.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan penandatanganan nota kesepahaman itu mencerminkan komitmen pemerintah dalam mempertimbangkan kontribusi hidrogen dalam transisi energi di Indonesia.
"Hidrogen hijau akan memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor transportasi yang akan dimulai pada tahun 2031, dan sektor industri dimulai pada tahun 2041," ujar Dadan.
Menurut Dadan, hidrogen telah dimanfaatkan di Indonesia dalam sektor industri, terutama sebagai bahan baku pupuk. Konsumsi hidrogen di Indonesia saat ini berkisar 1,75 juta ton per tahun, dengan pemanfaatan didominasi untuk urea 88%, amonia 4% dan kilang minyak 2%.