Pertamina Alokasikan Belanja Modal 15% Dukung Net Zero Emission
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengklaim telah mengalokasikan belanja modal sebesar 15% untuk mengembangkan bisnis berorientasi nol emisi karbon atau net zero emission.
“Kami juga mengalokasikan belanja modal sebesar 15% untuk mengembangkan bisnis energi baru dan terbarukan. Ini untuk mendukung target pemerintah mencapai net zero emission,” kata Nicke dalam CEO Forum of ASEAN Summit, Rabu (6/9).
Dia memaparkan belanja modal ini dialokasikan untuk pengembangan energi panas bumi atau geothermal, Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau PLTA, dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS.
"Agenda ini harus dijalankan secara pararel untuk mencapai net zero emision pada 2060," ujar Nicke.
Nicke juga berencana mengalihkan bisnis utamanya di bidang energi konvensional menjadi bisnis energi bersih secara perlahan-lahan. Namun untuk saat ini, perusahaan akan tetap fokus menjalankan bisnis minyak dan gas atau migas.
Menurut dia, Pertamina berhasil mengurangi 31% emisi karbon dari operasional internal sampai tahun lalu. Dengan pencapaian tersebut, kini Pertamina menduduki peringkat ke-2 terbaik dalam kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan atau ESG secara global pada subsektor migas.
“Ini baru permulaan kami masih melanjutkan inisiatif untuk itu kami juga melakukan mitigasi bisnis jangka panjang untuk mengoptimalkan aset yang ada sebagai mesin pertumbuhan kami,” kata Nicke.
Nicke juga mengatakan saat ini Pertamina telah melakukan konversi terhadap 3 dari 7 kilang minyak menjadi kilang hijau yang memproduksi bioenergi. Upaya lainnya yang dilakukan adalah mengembangkan industri hilir gas menjadi hidrogen biru, ammonia biru, dan metanol.
“Selain itu kami melakukan mengembangan bisnis penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS),” katanya.
Dibuatnya fasilitas CCUS diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk untuk membantu Indonesia mewujudkan net zero emission pada tahun 2050.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan mekanisme perdagangan karbon bisa menjadi peluang bisnis industri migas masa depan di kawasan ASEAN. Hal ini menjadi salah satu jalan menuju transisi energi global.
"Mekanisme perdagangan karbon, salah satu kolaborasi yang bisa tercipta di ASEAN Indo-Pasifik," kata Nicke saat menjadi pembicara di ASEAN Indo-Pasific Forum (AIPF) di Jakarta, Rabu (9/6).
Nicke mengatakan perseroan siap menerapkan perdaganan karbon domestik dalam waktu dekat. Pernyataan tersebut mengacu pada aksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah menerbitkan aturan perdagangan karbon, dan akan mengoperasikan Bursa Karbon akhir September ini.
Untuk kelima kalinya, Indonesia didapuk menjadi Keketuaan ASEAN. Situasi dunia tahun ini yang belum kondusif tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengemban amanah tersebut. Persaingan kekuatan besar dunia yang meruncing mesti dikelola dengan baik agar konflik terbuka dan perang baru tidak muncul, terutama di Asia Tenggara.
Keketuaan Indonesia juga diharapkan menjadi pintu bagi ASEAN untuk berperan aktif dalam perdamaian dan kemakmuran di kawasan melalui masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, Indonesia hendak memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.
Simak selengkapnya di https://katadata.co.id/asean-summit-2023 untuk mengetahui setiap perkembangan dan berbagai infomasi lebih lengkap mengenai KTT Asean 2023.
#KatadataAseanSummit2023 #KalauBicaraPakaiData