Kapasitas PLTS Asia Tenggara: Indonesia Tertinggal di Urutan Delapan
Negara-negara di Asia Tenggara berpeluang memanfaatkan teknologi pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS sebagai sumber energi bersih. Hal ini karena wilayah Asia Tenggara umumnya memiliki iklim tropis, di mana matahari bersinar sepanjang tahun.
Kendati demikian, berdasarkan peringkat, pemanfaatan PLTS di Indonesia tertinggal dibanding negara tetangga, yakni berada di posisi kedelapan.
Menurut data Global Energy Monitor (GEM), negara Asia Tenggara yang memiliki PLTS terbesar adalah Vietnam. Pada Januari 2023, Negeri Naga Biru itu tercatat memiliki PLTS yang beroperasi dengan kapasitas total 12.300 megawatt (MW).
Angka itu merupakan akumulasi dari PLTS yang kapasitasnya minimal 20 MW, sedangkan PLTS yang lebih kecil tidak masuk hitungan.
Negara lain yang cukup banyak mengoperasikan PLTS di skala Asia Tenggara adalah Filipina, Malaysia, Thailand, dan Kamboja.
Sedangkan PLTS beroperasi di Myanmar, Singapura, dan Indonesia jauh lebih rendah.
Menurut International Energy Agency (IEA), teknologi listrik tenaga surya kini sudah semakin murah. Harga modul fotovoltaik tercatat sudah turun 80% selama satu dekade terakhir berkat inovasi berkelanjutan di seluruh rantai pasokan.
"Energi surya fotovoltaik telah menjadi teknologi pembangkit listrik yang paling terjangkau di banyak wilayah," kata IEA dalam laporan World Energy Outlook edisi Oktober 2022, seperti dikutip databoks.katadata.co.id.
Namun, sampai akhir 2022, biaya pembangkitan listrik tenaga surya di Indonesia masih lebih mahal dibanding pembakaran batu bara.
World Economic Forum (WEF) menilai, kinerja transisi energi Indonesia masih menghadapi tantangan karena persoalan regulasi dan investasi.
"Dengan tidak adanya subsidi langsung untuk energi terbarukan di Indonesia, mekanisme tarif saat ini tidak memungkinkan energi terbarukan untuk bersaing secara adil dengan infrastruktur berbasis bahan bakar fosil," kata WEF dalam laporan Fostering Effective Energy Transition 2023.
Daftar negara-negara di Asia Tenggara yang mengoperasikan PLTS :
1. Vietnam 12.300 MW
2. Filipina 1.757 MW
3. Malaysia 871 MW
4. Thailand 587 MW
5. Kamboja 475 MW
6. Myanmar 80 MW
7. Singapura 60 MW
8. Indonesia 21 MW
9. Brunei Darussalam 0
10. Laos 0
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan pemanfaatan PLTS Atap di Indonesia meningkat signifikan hingga 26%, dari jumlah pelanggan sebanyak 5.926 pada Juli 2022 menjadi 7.472 pelanggan per Juli 2023.
Direktur Aneka Energi Baru, dan Energi Terbarukan (EBT) Kementerian ESDM A Feby Misna mengatakan dari jumlah pelanggan tersebut, sebanyak 2.692 pelanggan PLTS Atap rumah tangga berada di Jawa Barat dan Banten, sementara sebanyak 1.732 PLTS Atap rumah tangga berada di DKI Jakarta.
Menurut dia, jumlah pelanggan PLTS Atap tersebut akan terus tumbuh seiring kemudahan yang dihadirkan pemerintah melalui rencana pemberian insentif berupa penghapusan biaya kapasitas.
Namun, ia tak menyebutkan secara rinci seperti apa mekanisme pemberian insentif kepada pelanggan, karena saat ini Peraturan Menteri terkait PLTS Atap masih dalam tahap finalisasi.
“Peningkatan ini setidaknya pada tahun 2025 Indonesia dapat menurunkan target emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 358 juta ton CO2e, ini dimulai dari DKI Jakarta,” ujar Feby kepada Antara, dikutip Selasa (5/9).