Produksi Stagnan, Jokowi akan Serahkan Sumur Migas Pertamina ke Swasta
Pemerintah berencana melepas sebagian sumur minyak dan gas bumi (migas) milik PT Pertamina kepada perusahaan migas swasta, baik domestik maupun internasional.
Kebijakan tersebut dipicu minimnya pertumbuhan produksi migas oleh Pertamina, meski perusahaan pelat merah ini menggenggam mayoritas atau 70% aset sumur di dalam negeri.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan kajian tersebut telah dibahas secara serius di forum rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Bahlil, saat ini terdapat 3.000 sumur migas yang berada di bawah naungan PT Pertamina.
Bahlil bercerita, dalam ratas tersebut, Jokowi memberi arahan agar Pertamina menyerahkan sumur yang tidak dimanfaatkan kepada perusahaan migas swasta melalui mekanisme terbuka atau tender.
“Jangan merasa bahwa ini negara kita, tapi lihat juga kemampuan kita. Jangan sampai nafsu kuda tapi tenaga ayam. Ini gak sampai-sampai tujuan negara ini,” kata Bahlil saat memberikan sambutan pembukaan the 4 th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry (ICIUOG) 2023 di Nusa Dua, Bali pada Rabu (20/9).
Lebih lanjut, kata Bahlil, Jokowi mengarahkan agar lelang-lelang blok migas lebih menyasar pada perusahaan swasta nasional, dengan opsi kerja sama dengan perusahaan migas internasional untuk mengunci kepastian modal.
Selain itu, Bahlil juga mendorong inisiatif Pertamina untuk melepas sumur-sumur migas yang belum dimanfaatkan secara optimal kepada perusahaan migas swasta.
“Kita tidak bisa main sendiri, kalau memang pertamina melihat mana bagian yang harus diserahkan ke swasta, ya serahkan. Dari pada kita impor milih mana? Bukan kita tidak nasionalis, justru karena nasionalis kita kejar produksinya,” ujar Bahlil.
Sebelumnya, Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi atau PHE melaporkan produksi minyak dan gas bumi atau migas sepanjang semester pertama 2023 tercatat 1.046.000 barel setara minyak per hari (MBOEPD), naik 8% dari capaian produksi pada periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan PHE, Arya Dwi Paramita menjelaskan besaran produksi migas Januari-Juni 2023 berasal dari realisasi produksi minyak 570.000 barel per hari (MBOPD) dan produksi gas di angka 2.757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Capaian ini didukung oleh penyelesaian rencana kerja pengeboran tujuh sumur eksplorasi, 359 sumur pengembangan, 371 workover dan 16.286 well services. Selain itu, PHE mencatatkan survei Seismik 3D sepanjang 478 kilometer persegi.
“PHE akan berupaya maksimal dalam meningkatkan kontribusi nasional dan peningkatan bagian negara, devisa dan perekonomian daerah,’’ kata Arya dalam siaran pers, dikutip pada Selasa (8/8).
Untuk meningkatkan capaian produksi migas, PHE melakukan sejumlah aksi stategis. Beberapa di antaranya ialah menjadwalkan eksplorasi sumber daya gas di Wilayah Kerja (WK) Bunga dan WK Peri Mahakam hasil memang lelang pada Februari lalu.
Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, melaporkan penurunan produksi gas Pertamina yang disebabkan oleh kondisi penurunan alami atau natural decline di lapangan.
Wiko menjelaskan, penurunan alami yang menimpa PHE merupakan konsekuensi logis dari pengelolaan lapangan-lapangan tua oleh Pertamina. Dia menjelaskan, fenomena penurunan produksi gas akan menjalar capaian produksi minyak jika Pertamina tidak melakukan inisiatif lanjutan seperti aktivtasi sumur pengembangan hingga optimalisasi lapangan tua.
"Bila kita tidak melakukan sesuatu, maka produksi minyak akan menurun secara alamiah sampai 20% dari produksi eksisting tahun 2021," kata Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR pada Rabu (9/11/2022).