Komentar Sri Mulyani Soal Harga Minyak Naik Nyaris US$ 100 per Barel
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti tren kenaikan harga minyak dunia yang kini menginjak level US$ 94 per barel.
Menurut dia, melonjaknya harga minyak akan mempengaruhi penerimaan pajak maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP), khususnya dari sektor bisnis minyak dan gas bumi (migas).
"Ada begitu banyak ketidakpastian, sulit untuk bikin prediksi khususya di pasar energi," ujar Sri Mulyani pada forum the 4 th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry (ICIUOG) 2023 di Nusa Dua, Bali pada Rabu (20/9).
Dia menjelaskan, meroketnya harga minyak dunia dipicu oleh sikap Rusia dan Arab Saudi sebagai dua negara anggota OPEC+ yang mengurangi produksi minyak hingga akhir tahun.
Keputusan tersebut berseberangan dengan kondisi pasar minyak yang cenderung mengalami kenaikan permintaan.
"Arab Saudi dan Rusia, OPEC+ secara khusus mengendalikan atau menurunkan jumlah produksinya. Di sisi lain, permintaan ternyata masih cukup tinggi," ujarnya.
Kondisi pemulihan ekonomi usai Pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas ekonomi dunia mulai berjalan pesat. Cina belakangan telah meningkatkan kinerja kilang-kilang minyak untuk meningkatkan produksi bahan bakar minyak alias BBM.
Lebih lanjut, kebutuhan energi domestik juga diproyeksikan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II di angka 5,17% secara tahunan.
"Kebutuhan energi di Indonesia dengan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi di atas 5 pasti akan meningkat terus," kata Sri Mulyani.
Tren harga minyak global konsisten meningkat sejak Juni 2023. Kenaikan konsumsi minyak di Cina dan pengurangan produksi oleh Rusia, dan Arab Saudi serta kekhawatiran terhadap inflasi global memicu pergerakan harga minyak menuju US$ 100 per barel.
Pemangkasan produksi Saudi dan Rusia dapat mendorong pasar ke dalam defisit 2 juta barel per hari (bph) pada kuartal keempat tahun ini.
Awal bulan ini, Arab Saudi memperpanjang pengurangan gabungan sebesar 1,3 juta bph hingga akhir tahun, sehingga mempercepat penurunan persediaan global.
Mengutip Bloomberg pada Rabu (20/9), harga minyak Brent berada di level US$ 93,61 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 90,37 per barel.
Kenaikan harga minyak Brent dan WTI belakangan berimbas pada kenaikan harga sejumlah BBM non-subsidi jenis bensin maupun diesel. Mulai 1 September, PT Pertamina melego BBM Pertamax di harga Rp 13.300 per liter dari sebelumnya Rp 12.400 per liter.
Pertamax Green 95 juga mengalami kenaikan harga menjadi Rp 15.000 per liter, dari sebelumnya Rp 13.500 per liter. Bensin jenis Pertamax Turbo naik menjadi Rp 15.900 per liter dari sebelumnya Rp 14.400 per liter.
PT Pertamina juga menaikan harga pada sejumlah produk BBM diesel. Harga jual Dexlite menjadi Rp 16.350 per liter dari sebelumnya Rp 13.950 per liter. Sementara itu, Pertamina Dex dibanderol seharga Rp 16.900 per liter dari sebelumnya Rp 14.350 per liter.