Harga Minyak Kembali Dekati US$ 80 Dipicu Prospek Lemahnya Permintaan
Harga minyak terus merosot setelah pada awal pekan ini menembus level US$ 90 per barel. Anjloknya harga dipengaruhi kekhawatiran permintaan yang lemah meski OPEC+ telah mempertahankan keputusan pemangkasan pasokan.
Brent tercatat turun US$ 1,74 atau 2,03% menjadi US$ 84,07 per barel pada Kamis (5/10). Sebelumnya pada akhir September Brent sempat mencapai US$ 95,35, level tertingginya sepanjang tahun 2023.
Sementara minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI), turun US$ 1,91 atau 2,3% menjadi US$ 82,31 per barel. WTI turun 13,38% dari level tertingginya sepanjang tahun ini US$ 95,03 yang dicapai pada akhir September.
Kedua harga minyak acuan dunia turun lebih dari US$ 5 per barel pada Rabu yang merupakan penurunan harian terbesar dalam lebih dari setahun terakhir. Analis menyebut penurunan dipicu kekhawatiran permintaan yang lebih lemah meski di tengah pemangkasan pasokan oleh OPEC+.
“Investor khawatir permintaan untuk konsumsi minyak telah melewati puncaknya,” kata analis komoditas BOK Financial, Dennis Kissler, seperti dikutip Reuters, Jumat (6/10).
Pertemuan panel tingkat menteri OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksi minyaknya, dengan Arab Saudi mempertahankan pemangkasan produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan Rusia pembatasan ekspor sukarela 300.000 bph hingga akhir 2023.
Volatilitas harian minyak mentah Brent berada pada titik tertinggi sejak bulan Mei, sedangkan pada WTI merupakan titik tertinggi sejak bulan Juni.
“Ini adalah aktivitas perdagangan spekulatif yang khas, mencoba memanfaatkan situasi buruk setelah ‘pertumpahan darah’ pada hari Rabu, dan mereka (pelaku pasar) mencoba mengambil posisi terbawah,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
“Posisi beli yang ditetapkan untuk mengantisipasi US$ 100 per barel sedang dilikuidasi,” kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates LLC.
Data pemerintah AS pada hari Rabu juga menunjukkan penurunan tajam permintaan bensin di Amerika. Pasokan bensin jadi, yang mewakili permintaan, turun pekan lalu ke level terendah sejak awal tahun ini.
“Saya tidak melihat permintaan bensin akan melebihi 8,5 juta barel per hari sampai musim belanja liburan tiba dan itu akan menjadi masalah bagi pasar,” kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.
Minyak pemanas berjangka AS turun lebih dari 5% di tengah ekspektasi bahwa larangan ekspor bahan bakar Rusia yang diberlakukan bulan lalu akan segera dicabut dan gangguan pasokan tidak akan separah yang diperkirakan pasar.
Data pada hari Rabu juga menunjukkan sektor jasa AS melambat sementara ekonomi zona euro mungkin menyusut pada kuartal terakhir. Dolar AS melemah, namun terus berada di dekat level tertinggi dalam 11 bulan, membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli asing.
Pada Kamis (5/10), menteri energi Turki mengatakan pipa minyak mentah dari Irak melalui Turki, yang telah ditangguhkan selama sekitar enam bulan, siap untuk dioperasikan.