Konflik Israel Palestina Kerek Harga Minyak, Bagaimana Batu Bara?
Harga minyak mentah dunia pada awal pekan ini mengalami lonjakan akibat konflik Israel dengan kelompok militer Hamas di Palestina. Sejalan dengan harga minyak, harga batu bara juga berpotensi melonjak.
“Dampaknya terhadap harga batu bara, jika harga minyak naik biasanya harga batu bara akan terkerek naik,” kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia kepada Katadata.co.id pada Rabu (11/10).
Dia menjelaskan, konflik ini berpotensi mendorong permintaan batu bara. “Dalam hal terjadi kenaikan harga migas dampak dari konflik di Timur Tengah, maka kondisi ini berpotensi mendorong permintaan terhadap batu bara sehingga berpotensi menaikkan harga,” kata Hendra.
Meski berpotensi mengerek harga, namun hingga saat ini Hendra tidak dapat memastikan seberapa besar kenaikannya. Hal ini karena ada banyak faktor yang menyebabkan naiknya harga batu bara, seperti permintaan, sentimen kepanikan, pengaruh cuaca, ketersediaan alat berat, tutup tambang, hingga konflik antar negara.
“Jadi banyak banget faktor, tiba-tiba ada perang di Rusia Ukraina itu berarti dia nggak dapat batu bara. Nah berarti permintaannya meningkat, jadi macam-macam sih kejadiannya yang bisa mendorong,” ujar Hendra.
Dia juga menerangkan, kenaikan harga akibat sentimen atau kepanikan hanya akan terjadi dalam jangka waktu singkat. Sehingga tidak perlu ada perhatian khusus jika harga batu bara naik.
“Itu kan ada RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) ya jadi nggak perlu sih dan harganya juga mungkin sentimen aja, kalau sentimen ya cuma naik-naik sejenak aja mungkin,” ucap Hendra
Menurutnya, kondisi konflik antara negara atau perang dapat memicu kepanikan sehingga menciptakan efek sentimen yang dengan cepat berpengaruh terhadap harga batu bara.
Lain dengan Hendra, Pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan konflik Israel Palestina tidak memberi dampak bagi kenaikan harga.
“Dua-duanya bukan negara penghasil minyak maupun batu bara, tidak punya pengaruh secara langsung terhadap kenaikan harga. Kecuali misalnya negara produsen minyak seperti Iran terlibat berperang, nah itu ada pengaruh yang signifikan,” kata Fahmy.
Kendati demikian, Fahmy menerangkan kenaikan harga batu bara ini dapat memberi keuntungan bagi Indonesia sebagai salah satu produsen batu bara.
“Sehingga peningkatan ekspor batu bara dengan harga yang lebih tinggi ini akan menguntungkan bagi pengusaha menguntungkan bagi pemerintah ini Menambah pendapatan APBN dari batu bara,” ucap Fahmy.
Adapun harga batu bara di ICE Newcastle Australia, salah satu acuan dunia, untuk kontrak November 2023 berada pada level US$ 148,35 per ton. Harga mengalami kenaikan sejak pertengahan pekan lalu, dari level US$ 138,85 atau 6,86%.