ESDM Sebut Penambahan Mitra Baru Blok Masela Tergantung Inpex
Pertamina telah membuka opsi pihak lain untuk masuk ke dalam konsorsium pengembang Blok Masela. Potensi penambahan mitra ini untuk mengurangi risiko proyek.
Anggota konsorsium yang sudah terbentuk saat ini terdiri dari Pertamina, Pertronas, dan Inpex Corporation. “Sebetulnya keputusan itu berada di Inpex. Mereka mau men-share sahamnya atau tidak?,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Tutuka Ariadji saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (3/11).
Sebagai informasi, dalam proyek pengembangan Blok Masela Pertamina memiliki 20% saham, Petronas 15%, dan Inpex sebanyak 65%. Ladang gas yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku itu mengandung sumber daya gas hingga 27,9 juta kaki kubik (TCF). Estimasi produksinya sekitar 9,5 juta ton gas alam cair atau LNG per tahun dan 35 ribu barel kondensat per hari.
Untuk mitra baru, Tutuka berharap kontraktor yang masuk memiliki pengalaman blok migas lepas pantai atau offshore dengan kemampuan melebihi Petronas. “Supaya operasinya ke depan akan lebih pasti, proyek ini akan berhasil,” ujarnya.
Sebelumnya Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan perusahaan membuka potensi menambah mitra baru dalam proyek Blok Masela. Hal ini mengacu pada struktur lapangan yang kompleks sehingga membutuhkan kerja sama lebih agar pengangkutan migas dapat berjalan optimal.
"Tidak menutup kemungkinan pihak lain masuk yang tentu akan melengkapi kompetensi kami," ujar Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR pada Rabu lalu.
Pertamina memaparkan proses produksi dan penyimpanan LNG di Blok Masela akan menggunakan fasiltas infrastruktur unit regasifikasi penyimpanan terapung alias floating storage and regasifiation unit (FSRU).
Fasilitas tersebut berupa kapal khusus untuk transit dan mentransfer gas yang diangkut dari lokasi ekplorasi di lepas pantai ke kilang LNG di daratan (onshore) Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Nicke menyebut skema dan alur produksi LNG Blok Masela nantinya dapat berjalan efisien dan efektif. Produksi LNG Blok Masela juga akan dilengkapi oleh teknologi carbon capture, utilization and storage (CCUS) di area onshore.
“Sampai hari ini kami menyakini ini cara yang paling cepat dan efektif yang bisa mengakomodasi semua aspirasi yang ada,” kata Nicke.
Di sisi lain, pemerintah bersikeras untuk menjalankan Blok Masela di wilayah onshore. Silang pendapat itu berujung pada sikap Shell untuk mundur dari proyek Abadi LNG Blok Masela pada Juli 2020.
Alhasil, proyek yang awalnya ditargetkan onstream atau berproduksi pada 2027 itu harus mundur hingga 2029 mendatang. “Pemerintah inginnya dipercepat, harus ke 2029,” ujar Nicke.