Harga Minyak Anjlok hingga 3,8% Dipicu Naiknya Inflasi Amerika

Mela Syaharani
13 Desember 2023, 09:51
harga minyak, inflasi, amerika, as
Pertamina
Pertamina mengelola Menzel Ledjmet Nord (MLN) Oil Field di Aljazair sejak 2014 dengan penguasaan hak partisipasi sebesar 65%. Lapangan migas ini memproduksi minyak 14.875 bopd pada Januari-Mei 2023.

Harga minyak dunia turun lebih 3% ke level terendah dalam enam bulan terakhir pada Selasa (12/12). Hal ini disebabkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan serta adanya kenaikan tidak terduga dalam inflasi Amerika Serikat (AS).

Minyak Brent turun US$ 2,79, atau 3,7%, menjadi US$ 73,24 per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 2,71, atau 3,8%, menjadi US$ 68,61 per barel.

Di AS, indeks harga konsumen (IHK) yang menjadi indikator inflasi secara tak terduga naik pada November. Hal ini semakin memperkuat pandangan bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed tidak mungkin memangkas suku bunga di awal tahun depan.

“Suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menunjukkan gambaran permintaan minyak yang melemah,” kata mitra di Again Capital LLC John Kilduff dikutip dari Reuters pada Rabu (13/12).

OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) memiliki pandangan yang berbeda mengenai pertumbuhan permintaan minyak global diperkirakan akan melambat pada 2024. Keduanya akan memperbarui perkiraan permintaan minyak mereka minggu ini. "Sentimen negatif terhadap minyak masih sangat kuat saat ini," kata analis Kpler, Matt Smith.

Smith menyebut, lemahnya permintaan dan kekhawatiran bahwa kesepakatan OPEC+ untuk membatasi suplai tidak akan cukup untuk menyeimbangkan pasar. OPEC+ setuju untuk membatasi suplai sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) pada kuartal pertama 2024.

Para investor sekarang menunggu hasil pertemuan Federal Reserve hari ini, Rabu (13/12). Dengan naiknya inflasi, The Fed diyakini akan mempertahankan suku bunga.

Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menurunkan perkiraan harga minyak mentah Brent 2024 sebesar US$ 10 per barel dengan rata-rata harga US$ 83 per barel. Perkiraan ini mengacu pada proyeksi dalam laporan pemerintah.

Namun, pemerintah AS memperkirakan pengurangan pasokan dari kesepakatan OPEC+ akan membantu mengangkat harga Brent pada paruh pertama 2024. IEA memprediksi produksi minyak mentah AS naik 1,02 juta bph menjadi 12,93 juta bph pada 2023. Sementara 2024 produksinya akan bertambah 180.000 bph menjadi 13,11 juta bph.

Produksi minyak mentah AS mencapai level tertinggi sepanjang masa saat ini, mengalahkan capaian pada 2019 yang saat itu memproduksi 12,31 juta bph.

Mengutip angka American Petroleum Institute, meski produksi meningkat persediaan minyak mentah AS turun 2,3 juta barel pada minggu lalu. Sementara itu, data pemerintah AS diprediksi menunjukkan penurunan stok minyak mentah sebesar 1,5 juta barel.

Di Timur Tengah, kelompok Houthi Yaman mengatakan bahwa mereka menyerang sebuah kapal tanker komersial Norwegia dalam protes terbaru mereka terhadap pemboman Israel di Gaza, meningkatkan risiko gangguan pasokan di wilayah tersebut.

Pada pertemuan iklim COP28, para negosiator sedang menunggu rancangan kesepakatan baru. Rancangan tersebut diperbaiki setelah banyak negara mengkritik karena menilai kesepakatan tersebut terlalu lemah serta tidak menyertakan kesepakatan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...