Harga Minyak Jatuh Hampir 2%, Pasar Khawatirkan Kondisi di Laut Merah
Harga minyak merosot hampir 2% pada perdagangan Rabu (27/12). Pasar mengantisipasi perkembangan konflik di Laut Merah di mana kapal-kapal logistik mulai melalui jalur itu lagi meski masih ada serangan dari kelompok Houthi Yaman.
Harga Brent turun US$ 1,42 atau 1,8% menjadi US$ 79,65 per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,46 atau 1,9% menjadi US$ 74,11 per barel.
Perusahaan pelayaran Denmark, Maersk, mengatakan pihaknya telah menjadwalkan beberapa lusin kapal kontainer untuk melakukan perjalanan melalui Terusan Suez dan Laut Merah dalam beberapa minggu mendatang. Maersk sempat menghentikan pengiriman melalui rute tersebut bulan ini paskaserangan oleh kelompk milisi Houthi.
CMA CGM Perancis juga mengatakan pihaknya melanjutkan perjalanan melalui Laut Merah setelah pengerahan satuan tugas multinasional ke wilayah tersebut.
“Saya pikir kita harus menunggu dan melihat apakah peningkatan patroli angkatan laut dan pengalihan rute kapal akan menyebabkan penurunan serangan,” kata Callum Macpherson, kepala komoditas di Investec seperti dikutip Reuters, Kamis (28/12).
Baik patokan Brent dan WTI ditutup lebih dari 2% lebih tinggi di sesi sebelumnya karena serangan terbaru terhadap kapal di Laut Merah memicu kekhawatiran akan gangguan pengiriman. Selain itu, prospek kampanye militer Israel yang berkepanjangan di Gaza tetap menjadi pendorong utama sentimen pasar.
Pasukan Israel menyerang Gaza tengah melalui darat, laut dan udara pada hari Rabu, sehari setelah Kepala Staf Israel Herzi Halevi mengatakan kepada wartawan bahwa perang akan berlangsung “selama berbulan-bulan”.
Di tempat lain, pemuatan minyak di pelabuhan Novorossiisk di Laut Hitam Rusia ditangguhkan karena badai. Namun, terminal Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) di dekat pelabuhan telah dibuka, kata kementerian energi Kazakhstan.
Persediaan minyak mentah AS naik pekan lalu sebesar 1,84 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Rabu. Data stok pemerintah AS akan dirilis pada hari Kamis.
Produksi minyak di Rusia, produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Arab Saudi, diperkirakan akan stabil atau bahkan meningkat tahun depan karena Moskow telah berhasil mengatasi sebagian besar sanksi Barat, kata para analis.