Pabrik Biometana Pertama RI Beroperasi, akan Gantikan LPG Nonsubsidi

Happy Fajrian
23 Januari 2024, 14:49
biogas, lpg, biometana
Kementerian ESDM
Peresmian pabrik Biometana atau BioCNG di Langkat Sumatera Utara.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pabrik BioCNG atau Biometana komersial pertama di Indonesia resmi beroperasi pada Senin (22/1). Pabrik yang berlokasi di Blangkahan POM, Desa Blangkahan, Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, dibangun oleh PT KIS Biofuel Indonesia.

Pabrik ini menjadi terobosan dalam peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia. Ini merupakan pabrik pertama dari rencana pembangunan sebanyak 25 unit dengan kapasitas produksi Bio-CNG atau Biometana masing-masing 15.500 M3 per hari atau total 387.500 M3/hari.

Diperkirakan akan menghasilkan pengurangan 3,7 juta ton CO2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun. Biometana adalah gas alam terbarukan yang dihasilkan dari bahan organik. Gas ini juga dikenal sebagai gas terbarukan.

Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengatakan pabrik BioCNG ini diharapkan dapat berjalan baik dan memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia.

"Khususnya dalam pemanfaatan biogas menjadi energi. Kami sangat mengapresiasi atas keberhasilan proyek Pembangunan BioCNG Plant pertama yang telah dilaksanakan oleh KIS Group di Langkat ini,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM, Selasa (23/1).

Edi menyampaikan, dalam mendukung program transisi energi, pemerintah Indonesia melalui berbagai dokumen dan kebijakan telah menyusun target, strategi dan program pemanfaatan energi baru terbarukan secara bertahap, terukur dan cepat.

Di antaranya adalah dengan menetapkan target pemanfaatan EBT sebesar 23% pada 2025 sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM juga telah menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi energi fosil diantaranya terobosan yang sedang dalam tahap kajian adalah pemanfaatan biogas skala besar atau industri sebagai pengganti LPG yakni Bio-CNG atau CBG (Compressed Biomethane Gas).

Untuk mengembangkan BioCNG, Kementerian ESDM melakukan berbagai upaya seperti menerbitkan SNI 9164 Biometana untuk Bahan Bakar di tahun 2023 lalu bersama BSN, serta melakukan go live dan launching Perizinan Berusaha KBLI 35203 pengadaan gas bio yang mengampu perizinan bahan bakar biogas sebagai bahan bakar bersama Kementerian BKPM.

Selain itu, Kementerian ESDM melakukan kerja sama dengan beberapa mitra dalam rangka mengembangkan Proyek BioCNG melalui proyek pembangunan plant, pengerjaan pre-feasibility study, kajian keekonomian, kajian kebijakan tata niaga dan kajian industri serta bahan baku BioCNG.

Edi berharap dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, BioCNG dapat dimanfaatkan untuk menggantikan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil (12 dan 50 kg), sehingga dapat menjadi salah satu opsi solusi dalam usaha pemerintah menurunkan impor LPG.

CEO PT KIS Biofuel Indonesia, Ragunath, menyampaikan harapan Indonesia akan menjadi penghasil BioCNG terbesar di Asia. “Saya ingin mengucapkan terima kasih terhadap Unilever, AEP dan KIS Group untuk dukungan yang luar biasa. Saya percaya Indonesia,” ujarnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...