Gibran Singgung Biodiesel Tekan Impor Minyak, Pakar: Itu Kurang Tepat
Pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyatakan pernyataan calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka tentang kebijakan mandatori biodiesel B35 dan B40 sukses menekan impor minyak Indonesia, kurang tepat.
“Saya kira kurang benar sebab data impor minyak masih terus meningkat. Jika Gibran mengatakan bahwa produksi biodiesel itu bisa mengurangi impor, menurut saya itu tidak benar juga,” kata Fahmy kepada Katadata yang dikutip pada Selasa (23/1).
Selain karena jumlah impor yang masih meningkat, Fahmy juga menyebutkan alasan lainnya. “B35 ini kan pencampurannya baru 35% ya dari kelapa sawit. Nah itu juga tidak menyebabkan impornya turun,” ujarnya.
Dalam acara Debat Cawapres 2024 pada Minggu (21/1) malam Gibran mengatakan bahwa B35 dan B40 berhasil menurunkan impor minyak Indonesia dan meningkatkan nilai tambah produk sawit Indonesia.
Adapun penggunaan biodiesel dan bahan bakar nabati (BBN) lainnya seperti bioavtur dan bioetanol, sebagai bagian dari strategi Gibran untuk mendorong pembangunan ekonomi rendah karbon yang berkeadilan di Indonesia bersama dengan penerapan pajak karbon, teknologi carbon capture and storage (CCS).
"Kita tak boleh lagi mengandalkan emisi fosil, tapi juga menggunakan biodiesel, B35 dan B40 terbukti menurunkan impor nilai minyak kita," ujarnya.
Sejak 2016, Indonesia sudah menggunakan 20% biodiesel untuk campuran solar subsidi yang disebut B20. Kemudian pada 2020 campuran biodiesel dinaikkan menjadi 30% (B30), dan naik lagi menjadi 35% (B35) pada 1 Agustus 2023.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dalam periode tersebut volume impor minyak memang cenderung turun, meski berfluktuasi. Pada 2016 impor minyak bumi dan hasil-hasilnya mencapai 48,3 juta ton, lalu naik menjadi 50,3 juta ton pada 2017.
Kemudian pada periode 2018 hingga 2020 impor minyak mengalami tren penurunan yakni 49,22 juta ton, 40,93 juta ton, dan 37,65 juta ton. Pada 2021 impor minyak naik menjadi 42,13 juta ton meski B20 telah dinaikkan menjadi B30 dan pada 2022 menjadi 47,74 juta ton atau sedikit di bawah 2016 ketika awal penerapan kebijakan B20.
Pada 2023 pemerintah meningkatkan B30 menjadi B35. Sedangkan B40 masih terus dikembangkan walau pada November 2022 pemerintah melalui Kementerian ESDM telah melaksanakan uji jalan dengan hasil yang positif.
B40 rencananya baru akan diterapkan pada 2030 meski Menteri ESDM Arifin Tasrif optimistis mandatori biodiesel B40 dapat diterapkan secepatnya pada tahun ini atau 2024.