Produsen Nikel Asing Tutup Tambang, Mulai dari Glencore hingga BHP

Mela Syaharani
13 Februari 2024, 19:02
nikel, harga nikel, tambang nikel
Katadata/ Wahyu DJ
Haul dump trucks mengangkut material pada proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Button AI Summarize

Sejumlah perusahaan di luar negeri melakukan penutupan tambang nikel. Ketua Umum Perhimpunan Ahli Tambang Indonesia (PERHAPI) Rizal Kasli mengatakan penutupan tambang-tambang nikel di luar negeri ini diakibatkan oleh turunnya harga serta oversupply nikel di pasar dunia.

“Sehingga pada level tertentu perusahaan-perusahaan yang di luar negeri tidak bisa melakukan operasi penambangan karena sudah mengalami kerugian. Sehingga langkah yang diambil bisa penutupan tambang ataupun bisa penutupan sementara,” ujarnya dalam Mining Zone CNBC Indonesia dikutip Selasa (13/2).

Analis Macquarie, bank investasi yang berbasis di Sydney, Australia, mengatakan bahwa tekanan terhadap harga nikel ini terjadi karena pasokan dari Indonesia yang berbiaya rendah membanjiri pasar nikel global.

Hal ini memaksa para pesaingnya untuk menutup tambang-tambang yang tidak menguntungkan dan menimbulkan kepanikan di Washington dan Paris bahwa pergolakan ini akan memberikan kontrol yang lebih besar kepada Cina atas sumber daya strategis tersebut.

Berikut daftar perusahaan yang menutup tambang nikel mereka baru-baru ini:

Glencore

Pada Senin (13/2) perusahaan asal Swiss ini akan mengatakan akan menjual sahamnya di Koniambo Nickel SAS (KNS) di Kaledonia Baru. Tidak hanya itu, Glencore juga akan menjual menghentikan produksi di pabrik pengolahan KNS selama enam bulan sambil mencari investor baru untuk bisnis nikel yang merugi ini.

KNS adalah perusahaan patungan antara Glencore dan Societe Miniere du Sud Pacifique SA (SMSP), perusahaan yang terakhir ini dikendalikan oleh provinsi Kaledonia Baru di bagian utara.

Prancis telah melakukan negosiasi untuk menyelamatkan industri nikel Kaledonia Baru dan Paris mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah menawarkan dukungan negara kepada KNS senilai sekitar 200 juta euro.

"Bahkan dengan bantuan yang diusulkan pemerintah Prancis, biaya operasi yang tinggi dan kondisi pasar nikel yang sangat lemah saat ini berarti KNS tetap merupakan operasi yang tidak menguntungkan," kata Glencore dikutip dari Reuters.

Penambang dan pedagang komoditas Glencore mengatakan tahun lalu bahwa mereka hanya akan mendanai KNS, di mana mereka memiliki 49% saham, hingga akhir Februari setelah menggelontorkan miliaran dolar ke dalam operasi tersebut.

Analis Citi mengatakan langkah untuk menghentikan produksi akan memungkinkan Glencore untuk menghindari dampak negatif terhadap pendapatan inti (EBITDA) hingga US$ 400 juta, dengan penghematan tahunan penuh yang mungkin terjadi mulai 2025.

Biaya tinggi dan ketegangan politik di Kaledonia Baru, ditambah dengan persaingan dari Indonesia, telah menyebabkan tiga pabrik pengolahan di wilayah Prancis tersebut berada di ambang kehancuran.

Mallee Resources, Tambang Avebury

Kurang dari dua tahun setelah beroperasi kembali, tambang nikel Avebury kembali memasuki masa perawatan dan pemeliharaan. Tambang Avebury sepenuhnya dimiliki oleh Mallee Resource di sebelah barat kota Zeehan, di dalam distrik pertambangan yang terkenal di pantai barat Tasmania.

Perusahaan penasihat dan investasi, KordaMentha Restructing menyebutkan bahwa melemahnya harga nikel dan meningkatnya pasokan nikel Indonesia menjadi alasan di balik penutupan tambang tersebut.

Penerima tambang Avebury, Scott Langdon, mengatakan bahwa kelebihan pasokan nikel Indonesia yang berkualitas rendah membuat harga nikel Australia yang lebih tinggi dan berkualitas baik menjadi tidak kompetitif.

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...