BPS: Impor Migas RI Anjlok 7% pada Januari Menjadi US$ 2,7 Miliar
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor migas Indonesia pada Januari 2024 sebesar US$ 2,70 miliar. Capaian ini turun 7,15% secara tahunan atau dibandingkan Januari 2023 sebesar US$ 2,91 miliar, dan turun 20% dibandingkan Desember 2023 US$ 3,37 miliar.
Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti mengatakan turunnya impor migas menjadi kontributor terbesar turunnya impor secara keseluruhan pada awal tahun ini sebesar 0,36% secara tahunan menjadi US$ 18,51 miliar.
Sementara jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 19,11 miliar, total impor pada Januari turun 3,13%. Sebaliknya, impor non migas justru mengalami kenaikan sebesar 0,48% dibandingkan bulan sebelumnya atau naik 1,76% secara tahunan.
“Penurunan impor migas disebabkan oleh berkurangnya impor minyak mentah 182,7 juta dolar AS, hasil minyak 430,7 juta dolar AS, dan gas 60,7 juta dolar AS,” ujar Amalia di Jakarta, Kamis (15/2).
Amalia menyampaikan, dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, nilai impor Januari 2024 mengalami peningkatan sebesar US$ 66,1 juta yang didorong naiknya impor non migas sebesar US$ 273,9 juta.
Turunnya nilai impor migas dipicu oleh berkurangnya impor minyak mentah sebesar 24,56% secara tahunan menjadi US$ 729,5 juta dari sebelumnya US$ 967 juta pada Januari 2023. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, impor minyak mentah turun 20,03% dari US$ 912,2 juta.
Sementara itu impor hasil minyak tercatat naik 4,3% secara tahunan menjadi US$ 1,69 miliar dari US$ 1,63 miliar pada Januari 2023. Namun secara bulanan impor hasil minyak turun 20,24% dari US$ 2,13 miliar pada Desember 2023.
Impor gas juga tercatat turun baik secara bulanan maupun tahunan menjadi US$ 271,4 juta, masing-masing sebesar 18,28% dari US$ 332,1 juta pada Desember 2023 dan 12,91% dari US$ 311,6 juta pada Januari 2023.
BPS juga mencatat nilai impor non migas Indonesia mencapai US$ 15,81 miliar pada Januari 2024 atau naik US$ 76,0 juta dibanding bulan sebelumnya.
“Tiga golongan barang non migas utama yang mengalami penurunan impor yaitu bahan bakar mineral senilai US$ 184,9 juta, diikuti serealia US$ 82,6 juta, serta besi dan baja US$ 33,4 juta,” kata Amalia.
Sedangkan tujuh golongan barang lainnya mengalami peningkatan. Golongan barang mesin/ perlengkapan elektrik dan bagiannya merupakan golongan barang dengan peningkatan terbesar senilai US$ 49,9 juta, diikuti oleh plastik dan barang dari plastik US$ 156,4 juta.
Selanjutnya, mesin/peralatan mekanis dan bagiannya US$ 123,7 juta, bahan kimia organik US$ 47,4 juta, barang dari besi dan baja US$ 46,0 juta, ampas dan sisa industri makanan US$ 19,6 juta, serta kendaraan dan bagiannya US$ 5,0 juta.
Selama Januari 2024, nilai impor sepuluh golongan barang naik US$ 314,1 juta atau 3,25% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Dilihat dari peranannya, sepuluh golongan barang tersebut memberikan kontribusi 63,07% terhadap total impor non migas Indonesia Januari 2024.
Impor tertinggi Indonesia masih didominasi oleh Cina sebesar US$ 5,95 miliar, diikuti Jepang US$ 1,07 miliar dan Thailand US$ 875 juta. Sedangkan kelompok negara ASEAN berkontribusi sebesar US$ 2,64 miliar dan Uni Eropa US$ 1,07 miliar.