Serangan di Timur Tengah Meningkat, Harga Minyak Tembus US$ 83/Barel

Mela Syaharani
19 Februari 2024, 10:50
harga minyak, timur tengah,
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Sejumlah pekerja melakukan pendeteksian laju karat di pipa pada Anjungan Bravo Flow Station Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ), lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023). PHE ONWJ berhasil mencapai produksi pada tahun 2022 sebesar 27.593 barrel oil per day (BOPD) untuk minyak dan 74,49 million standard cubic feet per day (MMSCFD) untuk gas.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Harga minyak mengalami kenaikan di penutupan perdagangan pada Jumat (16/2). Hal ini terjadi karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah ini mampu mengimbangi perkiraan dari Badan Energi Internasional (IEA) untuk perlambatan permintaan.

Minyak mentah Brent ditutup naik 61 sen, atau 0,74% menjadi US$ 83,47 per barel. Sementara itu Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap US$ 1,16, atau 1,49%, lebih tinggi pada US$ 79,19 dengan kontrak Maret yang akan berakhir pada hari Selasa. Sedangkan kontrak April naik 87 sen menjadi US$ 78,46.

Pada minggu lalu, minyak Brent naik lebih dari 1% dan WTI naik sekitar 3%. Meningkatnya risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah mendukung harga minyak mentah.

"Pasar melihat bahwa minyak masih terus bergerak dan gangguan-gangguan yang terjadi sangat kecil," kata analis komoditas di UBS, Giovanni Staunovo, dikutip dari Reuters pada Senin (19/2).

Israel mengepung rumah sakit terbesar Gaza dalam perangnya melawan kelompok Hamas. Hal ini terjadi ketika pesawat-pesawat tempur menghantam Rafah, tempat perlindungan terakhir bagi warga Palestina di daerah tersebut.

Ancaman terus berlanjut di Laut Merah setelah sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman menghantam sebuah kapal tanker yang mengangkut minyak mentah dari India.

Selain itu, adanya kenaikan biaya lebih dari apa yang perkiraan di AS pada Januari lalu pada biaya-biaya jasa, yang dapat memperkuat kekhawatiran inflasi. Namun, penurunan penjualan ritel mendorong harapan bahwa the Fed akan segera mulai menurunkan suku bunga, yang dapat mendukung permintaan minyak.

"Harapan untuk penurunan suku bunga AS memberikan dukungan pada hari Kamis (18/2), tetapi para investor sekarang menyesuaikan posisi mereka menjelang akhir pekan yang panjang di AS," kata Presiden NS Trading, sebuah unit dari Nissan Securities, Hiroyuki Kikukawa.

Pada hari Kamis (18/2), IEA mengatakan pertumbuhan permintaan minyak global kehilangan momentum dan memangkas proyeksi pertumbuhan 2024.

IEA memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global akan melambat menjadi 1,22 juta barel per hari (bph) pada 2024, sekitar setengah dari pertumbuhan yang terlihat tahun lalu. Hal ini sebagian karena perlambatan tajam pada konsumsi Cina.

Sebelumnya, organisasi negara pengekspor minyak dunia (OPEC) memperkirakan pertumbuhan permintaan tahun 2024 sebesar 1,24 juta barel per hari. OPEC memperkirakan penggunaan minyak akan terus meningkat selama dua dekade mendatang.

Sementara itu, perusahaan jasa energi Baker Hughes, mengatakan dalam laporannya pada Jumat lalu menyebut bahwa perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk kedua kalinya dalam tiga minggu.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...