Harga Minyak Bangkit, ESDM Beri Sinyal Harga BBM Nonsubsidi Naik Maret
Kementerian ESDM memberi sinyal bahwa harga BBM nonsubsidi naik pada Maret mendatang seiring dengan bangkitnya harga minyak mentah.
“Kalau saya cermati harga minyak naik lagi, jadi sepertinya akan mengarah ke sana (kenaikan harga),” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji saat ditemui di kantor Lemigas, Jakarta, pada Selasa (20/2).
Tutuka menyampaikan potensi kenaikan ini didasarkan oleh intensitas konflik geopolitik yang terjadi di Timur Tengah saat ini masih tinggi. “Sehingga mengganggu logistik, jadi akhirnya harga juga terpengaruh. Jadi memang perlu dicermati dan harga minyak juga cenderung naik terus menerus,” ujarnya.
Tutuka sebelumnya sudah pernah mengatakan terkait potensi kenaikan harga BBM nonsubsidi secara tahunan. Saat itu Tutuka menyebut salah satu faktornya adalah kondisi di Cina. Tutuka menjelaskan jumlah permintaan minyak Cina sangat mempengaruhi harga dunia.
“Jadi kemarin Cina sempat tidak terlalu membutuhkan impor minyak, tapi sekarang membutuhkan lagi,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM beberapa waktu lalu, Senin (12/2).
Tutuka menyebut ada tiga negara lain yang turut mempengaruhi harga minyak yakni Amerika Serikat, Rusia, dan Arab Saudi. “Walau ada OPEC, tapi 3 besar itu yang menentukan sekali terhadap harga minyak,” ucapnya.
Tidak hanya itu, Tutuka mengatakan harga minyak juga dipengaruhi oleh permasalahan geopolitik, seperti di Timur Tengah. “Jadi kan itu membuat sistem logistik jadi terganggu. Kalau saya amati harga minyak naik dan turun tapi kecenderungannya naik,” kata dia.
Mengenai kenaikan harga BBM nonsubsidi, Anggota Komite BPH MIgas Saleh Abdurrahman mengatakan potensi ini selalu ada meskipun cenderung tipis dan fluktuatif.
“Karena gejolak Timur Tengah masih belum reda apalagi jika terjadi eskalasi di Rafah yang bisa saja menyeret negara tetangga, juga kondisi permintaan di Cina ; setelah imlek,” kata Saleh saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (20/2).
Saleh menjelaskan, penetapan harga jual BBM ini mengacu pada Keputusan Menteri nomor 245.k/2022. "Harga jual eceran terutama ditentukan dari harga rata-rata MOPS atau kurs rupiah pada tanggal 24 dua bulan sebelumnya hingga tanggal 25 bulan sebelumnya yang menjadi dasar perhitungan harga untuk bulan berjalan, juga nilai tukar rupiah terhadap dolar dalam rentang waktu yang sama," ujarnya.
Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) tidak menaikkan harga BBM nonsubsidi per 1 Februari ini meski seluruh SPBU swasta secara serempak menaikkan seluruh harga BBM pada awal bulan ini.
Menteri BUMN, Erick Thohir menyampaikan bahwa pemerintah mendukung keputusan Pertamina untuk tidak menaikkan harga BBM nonsubsidi, walaupun harga di SPBU swasta secara serempak naik.
"Keputusan Pertamina tidak menaikkan harga BBM tentu baik untuk menjaga stabilitas dan juga daya beli masyarakat, di sinilah peran BUMN kepada masyarakat. Pertamina juga sudah melakukan efisiensi dalam proses bisnisnya sehingga bisa menghasilkan BBM dengan harga terbaik,” kata Erick dikutip dari siaran pers Selasa (6/2).
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyampaikan Pertamina serius menjalankan efisiensi dengan digitalisasi yang terintegrasi pada semua proses bisnis dari hulu ke hilir. Hal ini akan membawa dampak pada efisiensi biaya produksi sehingga bisa memberikan harga terbaik untuk masyarakat.
“Dengan digitalisasi ini yang bisa merubah operating model atau cara bekerja yang pada akhirnya bisa menciptakan value dalam bentuk cost optimization, sehingga Pertamina bisa memproduksi dan memberikan BBM dengan harga terbaik kepada masyarakat,” ucap Nicke.