Penuhi Permintaan Asia, Qatar Berencana Kerek Produksi LNG hingga 85%
Qatar berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi gas alam cair (LNG) menyusul adanya penemuan cadangan gas baru yang sangat besar. Selain itu Qatar juga ingin memanfaatkan lonjakan permintaan dari Cina dan negara-negara Asia lainnya.
Langkah ini dilakukan di atas rencana peningkatan produksi yang telah diumumkan dalam beberapa tahun terakhir. Qatar dilaporkan akan meningkatkan kapasitas produksi secara keseluruhan hampir 85% dari level saat ini sebelum akhir 2030.
Rencana ini menandai pertaruhan oleh negara teluk ini bahwa permintaan yang kuat untuk LNG akan terus berlanjut, dengan ekonomi-ekonomi Asia yang beralih meninggalkan batu bara sebagai bagian dari usaha-usaha untuk mengurangi emisi karbondioksida.
Langkah ini juga dilakukan ketika Amerika Serikat (AS) meninjau rencana ekspor LNG-nya sendiri untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap keamanan energi dan jejak karbon negara tersebut.
“Rencana tersebut akan membawa industri gas Qatar ke cakrawala baru", kata Menteri Energi Qatar, Saad Sherida Al-Kaabi, dikutip dari The Financial Time pada Senin (26/2).
Saat ini Qatar sudah menjadi salah satu pemasok LNG terbesar di dunia, bersaing dengan Australia dan AS di posisi teratas. Saat ini Qatar memiliki kapasitas produksi sekitar 77 juta ton per tahun (mtpa), tetapi berencana untuk meningkatkan kapasitas tersebut menjadi 126 mtpa pada 2027.
Perusahaan milik negara QatarEnergy mengatakan akan menambah 16 mtpa lagi sebelum akhir dekade ini, sehingga total kapasitasnya menjadi 142 mtpa, meningkat hampir 85% persen dari level saat ini.
Hal ini terjadi ketika Qatar meningkatkan ukuran cadangan gasnya sekitar 14% menjadi 2 kuadriliun kaki kubik, setelah penemuan baru di ladang gas North Field yang luas, dan menambahkan bahwa jumlah yang signifikan dapat diekstraksi di sisi baratnya.
"Ini adalah hasil yang sangat penting dengan dimensi yang besar," ujar Kaabi, yang juga menjabat sebagai kepala eksekutif QatarEnergy yang berbasis di Doha.
Permintaan LNG meningkat setelah invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 ketika Eropa mencoba untuk mengganti pasokan dari Rusia yang dihentikan Vladimir Putin.
Sementara Eropa dan Inggris berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada gas alam untuk mengurangi emisi karbon. Lalu negara-negara lain beralih ke bahan bakar ini sebagai alternatif yang lebih rendah karbon daripada batu bara.
Dalam sebuah laporan bulan ini, perusahaan minyak dan gas raksasa Shell memperkirakan permintaan global untuk LNG akan meningkat lebih dari 50% hingga mencapai 625 juta hingga 685 juta ton pada 2040.
Bahkan permintaan akan terus meningkat selama dekade tersebut, karena Cina dan negara-negara berkembang di Asia beralih dari batu bara ke gas.
"Ketika kita memasuki awal 2030-an, akan ada permintaan besar untuk gas dari Asia, dan saya pikir QatarEnergy benar-benar fokus pada hal itu," kata kepala analitik gas di perusahaan harga dan data komoditas ICIS, Tom Marzec-Manser.
Qatar telah mendapatkan dua kesepakatan pasokan gas yang sangat besar dengan Cina selama 15 bulan terakhir. Juni lalu, Qatar setuju untuk menjual 4 juta ton LNG per tahun ke China National Petroleum Corporation selama 27 tahun, menyusul kesepakatan serupa dengan Sinopec China pada November 2022.
Rencana ekspansi Qatar muncul ketika AS menunda persetujuan untuk terminal LNG baru di sepanjang garis pantainya. Presiden AS, Joe Biden pada Januari lalu mengatakan negaranya mengambil pandangan yang cermat soal dampak ekspor LNG terhadap biaya energi, keamanan energi Amerika, dan lingkungan.