Kinerja Ekspor Batu Bara Terus Merosot, Turun 18,7% pada Februari 2024

Mela Syaharani
18 Maret 2024, 13:32
ekspor batu bara, harga batu bara, batu bara
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/tom.
Aktivitas bongkar muat batu bara di pantai Desa Peunaga Cut Ujong, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Selasa (20/2/2024).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kinerja ekspor batu bara Indonesia terus merosot. Badan Pusat Statistik mencatat ekspor mineral hitam ini pada Februari 2024 turun 18,73% secara tahunan menjadi US$ 2,59 miliar dari US$ 3,19 miliar pada Februari tahun sebelumnya.

Sebelumnya pada Januari ekspor mineral yang dianggap polutan berat ini turun hingga 30% secara tahunan. Meski begitu ekspor tercatat naik sebesar 7,5% secara bulanan, atau dibandingkan Januari sebesar US$ 2,41 miliar, yang didorong oleh peningkatan volume ekspor dari 29,05 juta ton menjadi 33,05 juta ton. Batu bara berkontribusi 30,22% dari total ekspor non migas Indonesia pada Februari.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan di antara beberapa komoditas unggulan non migas seperti minyak kelapa sawit (CPO), besi baja, hanya batu bara yang nilainya naik pada Februari kemarin.

“Nilai ekspor besi dan baja serta minyak kelapa sawit mengalami penurunan secara bulanan sedangkan batu bara mengalami kenaikan sebesar 7,50%,” kata Amalia dalam rilis BPS yang dikutip pada Senin (18/3).

Dari sisi harga, BPS juga mencatat tren koreksi harga batu bara terus berlanjut. Pada bulan lalu rata-rata harga batu bara turun menjadi US$ 78,35 per ton dari US$ 81,66 per ton pada Januari 2024. Jika dibandingkan dengan Februari tahun sebelumnya, harga merosot 32,32% dari US$ 115,77 per ton.

Sebagai informasi, harga batu bara memang mengalami penurunan signifikan sepanjang tahun 2023. Pada Januari 2023 harga batu bara acuan (HBA) Indonesia masih di level US$ 305,21 per ton dan harga batu bara Newcastle, Australia, yang menjadi salah satu harga acuan global, di kisaran US$ 350-390 per ton.

Namun pada Januari 2024 HBA merosot menjadi di bawah US$ 130 per ton sedangkan harga batu bara Newcastle di bawah US$ 130 per ton, bahkan sempat menyentuh US$ 115 per ton pada 29 Januari. Artinya, harga merosot lebih dari 50% dalam setahun terakhir.

Meski begitu, Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu Bara (Aspebindo) optimistis kondisi industri batu bara akan lebih baik tahun ini. “Tren ekonomi sudah membaik, nanti akan terjadi rebound. Tapi mungkin harganya hanya meningkat 10-20% jika ada kenaikan,” kata ketua Aspebindo Anggawira beberapa waktu lalu.

Ia menyebut tidak akan ada kenaikan harga besar seperti era pandemi Covid-19 karena Cina sendiri yang merupakan pasar batu bara terbesar bagi Indonesia sudah menimbun stok. Kendati demikian, negara-negara Asia Selatan berpotensi mengalami pertumbuhan ekspor batu bara Indonesia.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...