Harga Minyak Terus Menguat, Tertinggi Sejak Oktober
Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada hari Kamis (4/4). Kenaikan harga ini terjadi di tengah kekhawatiran penurunan pasokan global.
Kontrak harga minyak Brent untuk Juni naik 15 sen, atau 0,2%, dan menetap di US$ 89,51 per barel pada pukul 00.37 GMT. Sementara kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Mei naik 15 sen, atau 0,2%, menjadi US$ 85,59 per barel.
Sebagai informasi, minyak Brent kontrak Juni ataupun WTI kontrak Mei mengalami kenaikan harga selama empat hari terakhir dan ditutup Rabu (3/4) pada level tertinggi sejak akhir Oktober.
Pertemuan para menteri utama dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia atau OPEC+ pada Rabu (3/4) memutuskan untuk tetap mempertahankan kebijakan suplai minyak. Pertemuan tersebut juga mendesak beberapa negara untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengurangan produksi.
Kelompok ini mengatakan bahwa beberapa anggota akan mengkompensasi kelebihan pasokan pada kuartal pertama. Mereka juga mengatakan bahwa Rusia akan beralih ke produksi daripada pembatasan ekspor.
Permintaan Minyak Diprediksi Naik
Di hari yang sama, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingati untuk berhati-hati tentang penurunan suku bunga di masa depan karena data baru-baru ini menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja dan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.
“Komentar tersebut cukup positif untuk minyak karena mengindikasikan pertumbuhan ekonomi AS yang solid,” kata ahli strategi investasi senior untuk kelompok manajemen aset U.S. Bank, Rob Haworth dikutip dari Reuters pada Kamis (4/4).
Permintaan minyak diprediksi bertambah karena ekonomi di Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda-tanda ke arah yang lebih kuat. Amerika Serikat merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.
Reuters mencatat, harga minyak menguat karena serangan Ukraina terhadap kilang-kilang Rusia telah memangkas suplai bahan bakar. Disamping itu ada kekhawatiran bahwa perang Israel-Hamas di Gaza dapat menyebar ke Iran, yang mungkin akan mengganggu suplai di wilayah kunci Timur Tengah.
Di Timur Tengah, Iran telah bersumpah untuk membalas dendam terhadap Israel atas serangan pada hari Senin (1/4) yang menewaskan para petinggi militer Iran. Negara ini merupakan produsen minyak terbesar ketiga di OPEC.
Berdasarkan sejarahnya, pasokan minyak mentah global sempat beberapa kali anjlok imbas konflik di timur tengah.