SKK Migas Dapat Kesepakatan Rp94,4 T di Forum Gas Bumi 2024
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendapat kesepakatan senilai Rp94,4 triliun dengan kontraktor migas. Kesepakatan terkait pemanfaatan dan pengoptimalan gas bumi tersebut diteken dalam Forum Gas Bumi 2024.
Kesepakatan tersebut di antaranya berasal dari penandatanganan dua Memorandum of Understanding antara Husky-CNOOC Madura Ltd. dan PT Pupuk Kujang serta Husky-CNOOC Madura Ltd. dan PT Cikarang Listrindo Tbk. Selain itu, juga satu Amandemen Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara EMP Bentu dengan PT Kilang Pertamina Internasional, serta 27 PJGB lainnya.
SKK Migas berkomitmen mengoptimalkan produksi gas bumi untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dalam rangka meningkatkan multiplier effect dan perekonomian nasional. Namun, komitmen tersebut perlu diimbangi dengan kepastian komersialisasi potensi gas, sehingga target produksi gas 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) dapat tercapai.
“Karena pasar hanya akan terbentuk ketika pasokan dan kebutuhan memiliki kesepahaman dan kesepakatan,” kata Wakil kepala SKK Migas Shinta Damayanti dalam Forum Gas Bumi 2024 di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Shinta mengakui pemanfaatan gas untuk domestik selama 10 tahun terakhir secara volume tidak mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2013, kebutuhan gas bumi dalam negeri sebesar 3.774 BBtud (british thermal unit per day). Tahun 2023, serapannya berada di angka 4.075 BBtud dengan pertumbuhan yang masih di bawah 10 persen sejak 2013
Mengacu target dalam APBN tahun 2024, lifting gas bumi ditetapkan sebesar 5.785 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). Hingga 19 Juni 2024, pencapaian penyaluran gas bumi masih berada di angka 5.305 MMSCFD atau sekitar 92 persen dari target APBN.
Menurut Shinta, kondisi itu menunjukkan perlu adanya perencanaan yang matang agar penyerapan gas bumi optimal. Untuk itu, SKK Migas mendorong komersialisasi gas bumi dengan strategi PUSH dan PULL.
PUSH adalah strategi komersial dengan mengirimkan gas ke pusat kebutuhan dengan menggunakan infrastruktur, seperti pipa, kilang LNG skala kecil dan menengah, terminal regasifikasi, dan lainnya. Sedangkan PULL adalah strategi komersial dengan mengembangkan kebutuhan di dekat sumber gas bumi, seperti pembangunan industri petrokimia, smelter, pembangkit listrik, dan lainnya.
“Dengan dua strategi ini, kami berharap cadangan gas bumi yang ditemukan, dapat diproduksi dan tersalurkan dengan optimal untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.