Masuk Musim Panas, Permintaan Batu Bara Diramal Melonjak untuk AC

Happy Fajrian
19 Juli 2024, 13:43
batu bara, pembangkit listrik, pltu, musim panas, iea
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/foc.
Nelayan berlayar latar belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Kota Cilegon, Banten, Sabtu (296/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan permintaan batu bara meningkat pada musim panas ini seiring peningkatan konsumsi listrik untuk pendingin ruangan atau AC (air conditioner).

IEA menyebut permintaan listrik akan mencatatkan pertumbuhan tertingginya dalam 20 tahun pada 2024. Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga 2025 yang akan menyokong penggunaan pembangkit listrik batu bara meski energi terbarukan terus meningkat.

Dalam laporannya IEA menyebut bahwa meningkatnya penggunaan pendingin ruangan akan terus menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan listrik menyusul rekor suhu global dan gelombang panas yang memaksa jaringan listrik untuk mempertahankan pasokan beban dasar.

Adapun saat ini sumber energi yang bisa diandalkan untuk menyediakan beban dasar merupakan sumber energi kotor salah satunya batu bara.

“Pertumbuhan permintaan listrik global tahun ini dan tahun depan ditetapkan menjadi salah satu yang tercepat dalam dua dekade terakhir, menyoroti meningkatnya peran listrik dalam perekonomian kita serta dampak gelombang panas yang parah,” kata Keisuke Sadamori, Direktur Pasar dan Keamanan Energi IEA, dikutip dari Reuters, Jumat (19/7).

Laporan IEA juga menyebut bahwa meningkatnya permintaan listrik untuk kecerdasan buatan (AI) juga menarik perhatian pada pola permintaan dari pusat data, menimbulkan pertanyaan tentang penerapan, proyeksi permintaan, dan efisiensi energi.

Konsumsi daya global diperkirakan akan tumbuh sekitar 4% pada 2024, yang akan menjadi tingkat pertumbuhan terbesar sejak 2007, dengan tren yang diperkirakan akan terus berlanjut pada kecepatan yang sama pada 2025, dibandingkan dengan peningkatan permintaan sebesar 2,5% pada 2023.

India diperkirakan akan memimpin pertumbuhan permintaan selama tahun mendatang, naik sekitar 8% pada tahun ini sementara Cina diperkirakan akan mencatat tingkat pertumbuhan 6%, turun 1% dari 2023 karena ekonomi Negeri Panda terus mengalami restrukturisasi.

Sementara itu Uni Eropa diperkirakan akan bangkit dari kontraksi selama dua tahun dengan pertumbuhan 1,7%, tetapi ketidakpastian tetap ada mengenai bagaimana laju tersebut akan berlanjut. Amerika Serikat juga akan bangkit kembali sebesar 3% setelah turun pada 2023 karena cuaca yang sejuk.

Produksi energi terbarukan juga diperkirakan akan meningkat selama beberapa tahun mendatang, dengan total pangsa sumber pasokan global diperkirakan mencapai 35% pada 2025, naik 5% dari 2023, yang diharapkan akan mendorong tenaga surya dan angin melampaui pangsa tenaga air dalam bauran global.

Total pembangkitan energi terbarukan diperkirakan juga akan melampaui output listrik berbahan bakar batu bara pada 2025, tetapi sumber daya yang lebih berpolusi diperkirakan akan tetap tangguh pada 2024, dengan penambahan kurang dari 1% tergantung pada output tenaga air, terutama di Cina.

“Akibatnya, emisi karbon dari sektor listrik global mencapai titik jenuh, dengan sedikit pertumbuhan yang diharapkan tahun ini sebelum turun kembali pada tahun 2025,” kata laporan IEA.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...