Izin Ekspor Baru Dikantongi Juli, Penjualan Tembaga dan Emas Freeport Anjlok

Mela Syaharani
25 Juli 2024, 11:08
freeport, tembaga, emas, ptfi
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Sejumlah Haul Truck dioperasikan di area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Freeport McMoran (FCX) melaporkan bahwa penjualan tembaga pada kuartal II 2024 mengalami penurunan. FCX menulis, penurunan ini salah satunya disebabkan oleh kinerja PT Freeport Indonesia (PTFI).

“Capaian ini akibat penundaan pengiriman di Indonesia terkait dengan waktu perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga PTFI yang baru diberikan pada Juli 2024,” tulis FCX dalam laporannya, dikutip Kamis (25/7).

Izin relaksasi ekspor mineral mentah yang diterima PTFI sebelumnya hanya berlaku hingga 31 Mei 2024. Pemerintah lalu memberikan perpanjangan izin ekspor mineral mentah ini pada 2 Juli kemarin.

Dalam laporan kinerja perusahaan disebutkan bahwa penjualan tembaga pada kuartal kedua 2024 sebesar 931 juta pon, 5% lebih rendah dari estimasi April 2024 sebesar 975 juta pon dan 10% lebih rendah dari penjualan kuartal kedua 2023 sebesar satu miliar pon.

Tidak hanya tembaga, penjualan emas juga menurun. Pada kuartal kedua 2024 penjualan emas mencapai 361 ribu ons atau lebih rendah 28% dibandingkan dengan estimasi pada April 2024 sebesar 500 ribu ons dan 27% lebih rendah dibandingkan dengan penjualan pada kuartal kedua 2023 sebesar 495 ribu ons.

FCX menulis, hal ini juga disebabkan oleh penundaan pengiriman lumpur anoda dari PTFI akibat perpanjangan izin ekspor yang baru diberikan awal Juli ini.

Secara kumulatif, FCX menyebut volume penjualan konsolidasi untuk 2024 diperkirakan mencapai 4,1 miliar pon tembaga, 1,8 juta ons emas, dan 82 juta pon molibdenum. Ini termasuk 1,0 miliar pon tembaga, 475 ribu ons emas, dan 20 juta pon molibdenum pada kuartal ketiga 2024. 

Perusahaan asal Amerika ini mengatakan bahwa estimasi volume penjualan emas konsolidasi untuk tahun ini akan 150 ribu ounce lebih rendah dari perkiraan. “Sebagai akibat dari kondisi tambang PTFI, terutama untuk mengatasi kondisi basah pada titik-titik penambangan tertentu di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave,” ucapnya.

Kondisi penurunan penjualan ini sebelumnya sudah pernah disebut oleh FCX. Penundaan ini juga berimbas pada penambahan beban biaya tunai bersih pada kuartal kedua ini mencapai US$ 1,77 per pon tembaga atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yang hanya mencapai US$ 1,57 per pon.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...