Pertamina Disebut akan Impor Minyak Rusia pada September Mendatang
PT Pertamina (Persero) dikabarkan berencana mengimpor minyak mentah dari Rusia pada September mendatang. Reuters melaporkan bahwa Pertamina berencana mengimpor minyak Ural Rusia bersama dengan minyak mentah kualitas asam Kirkuk, Jubilee, Al Shakheen untuk Kilang Cilacap, untuk 15-17 September.
Pertamina juga disebut akan mengimpor minyak Sokol Rusia untuk tiba di Cilacap pada tanggal 18-20 September. Sesuai dengan tender minyak Sokol akan dipasok berdasarkan ketentuan CFR atau dikirim di pelabuhan.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Hermansyah Y. Nasroen hanya mengatakan bahwa Pertamina dalam melakukan pembelian minyak mentah sesuai dengan kebutuhan atau spesifikasi masing-masing kilang.
“(Dan) sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk ketentuan internasional. Juga bila melakukan pembelian minyak mentah Rusia dilakukan dengan mekanisme price cap,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (25/7).
Sebagai informasi, pembelian yang dilakukan sesuai dengan pembatasan harga sebesar US$ 60 per barel ini memungkinkan para pengirim dan perusahaan asuransi dari negara-negara Barat untuk berpartisipasi dalam perdagangan minyak Rusia.
Pertamina telah absen membeli minyak Rusia selama bertahun-tahun. Terlebih mereka mengambil langkah mundur sejak dimulainya konflik militer Rusia-Ukraina pada 2022. Menurut data LSEG, Pertamina terakhir kali membeli minyak ESPO Blend dan Sokol dari Rusia lebih dari 10 tahun yang lalu.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia tidak pernah mengimpor minyak mentah dan gas dari Rusia sejak 2018. Impor migas dalam perhitungan data BPS terdiri atas minyak mentah, olahan minyak, dan gas.
Selama periode empat tahun antara 2018 hingga Agustus 2022, Indonesia hanya mengimpor migas dari Rusia dalam bentuk olahan minyak. Nilai dan volume impor olahan minyak pun turun signifikan pada 2022 di tengah perang antara Rusia dan Ukraina.
“Sejak 2018 hingga Agustus 2022 hanya impor hasil minyak. Khusus tahun 2022, hingga Agustus hanya mengimpor lubricating greases kode HS 27101944 pada Juli,“ dikutip dalam keterangan tertulis BPS, Kamis (15/9/2022).
Secara total sejak 2018, nilai impor olahan minyak dari Rusia mencapai US$ 67,8 juta. Nilai impor ini sebetulnya terus naik sejak 2018 dan mencapai tertinggi selama empat tahun pada 2021 sebesar US$ 44,8 juta.
Namun, nilainya turun signifikan pada 2022, sampai dengan Agustus hanya US$ 32 yakni berupa pembelian 1 Kg lubricating greases, sejenis produk pelumas.
Sanksi-sanksi Barat untuk sektor energi Rusia, termasuk embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia dan mekanisme pembatasan harga dijatuhkan untuk memaksa Rusia agar menghentikan invasinya ke Ukraina. Sanksi tersebut telah membuat Cina, India dan Turki menjadi pembeli utama minyak Rusia.
Di tengah sanksi tersebut, pada medio Agustus 2022 muncul wacana Indonesia membeli minyak Rusia setelah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, mengatakan bahwa Rusia telah menawarkan minyaknya kepada Indonesia.
“Rusia nawarin ke kita, eh lu mau enggak, India sudah ambil nih minyak kita, harganya 3% lebih murah daripada harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil gak? Ambil. Pak Jokowi pikir yang sama, ambil,“ kata Sandiaga seperti dikutip di akun Instagramnya, Sabtu (20/8/2022).