Harga Minyak Naik Lebih 1,6% Dipicu Ancaman Eskalasi Konflik Timur Tengah

Mela Syaharani
6 Agustus 2024, 11:09
harga minyak
Zukiman Mohamad/Pexels
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai.
Button AI Summarize

Harga minyak naik menjauhi level terendahnya dalam tujuh bulan. Hal ini didukung kekhawatiran konflik di Timur Tengah meluas dan berdampak pada suplai, mengalahkan kekhawatiran pelemahan permintaan di Amerika Serikat (AS) di tengah ancaman resesi.

Minyak berjangka Brent naik US$ 1,25, atau 1,6%, ke level US$ 77,55 per barel setelah jatuh lebih dari 5% selama tiga sesi sebelumnya. Sementara itu, minyak berjangka West Texas Intermediate naik US$ 1,14 atau 1,56% menjadi US$ 74,08.

Menurut catatan Bloomberg, harga Brent dalam beberapa waktu terakhir telah mendekati US$ 75 per barel. Sebelum akhirnya naik karena berkurangnya pasokan produksi minyak dari Libya serta kekhawatiran akan konflik Timur Tengah berdampak pada kinerja produksi wilayah tersebut.

Selain itu, peningkatan harga ini juga ditunjang oleh pengurangan pasokan dari negara penghasil minyak dan sekutunya atau OPEC+. “Harga minyak Brent di bawah US$ 75 akan bertahan dari kekhawatiran makro,” kata Analis Goldman Sachs Group Inc, Daan Struyven dikutip dari Bloomberg pada Selasa (6/8).

Analis Goldman Sachs Group menyebut, terbatasnya risiko resesi AS, kuatnya permintaan minyak dari negara maju dan India harusnya mendukung harga naik. Harga minyak juga terdongkrak akibat penghentian produksi dari ladang minyak Sharara di Libya akibat perebutan kontrol pemerintah atas negara tersebut.

“Meningkatnya rasa takut akan meningkatnya konflik Timur Tengah mendorong pembelian baru,” kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit Nissan Securities. “Pasar sebagian besar telah memperhitungkan serangan balasan oleh Iran sehingga fokusnya adalah pada skalanya dan serangan balik Israel”.

“Jika konflik meningkat, harga minyak akan naik, tetapi jika itu terkendali dalam jangka pendek - seperti yang terjadi pada bulan April di tengah ketakutan eskalasi yang serupa - keuntungan akan terbatas,” kata Kikukawa menambahkan.

Israel dan AS bersiap untuk eskalasi yang signifikan setelah Iran dan sekutunya Hamas dan Hizbullah berjanji untuk membalas terhadap Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas dan seorang komandan militer Hizbullah minggu lalu.

AS telah mendesak negara-negara untuk menyampaikan kepada Iran bahwa eskalasi tidak sesuai dengan kepentingannya, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Pada Senin (5/8), sedikitnya lima personel AS terluka dalam sebuah serangan terhadap pangkalan militer di Irak, kata pejabat AS. Tidak jelas apakah serangan itu terkait dengan ancaman pembalasan.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan kepada sekutu senior mitranya dari Rusia Vladimir Putin bahwa Teheran bertekad untuk memperluas hubungan dengan "mitra strategisnya Rusia".

Di sisi pasokan, ekspor minyak oleh anggota OPEC Venezuela turun pada bulan Juli karena unit pemrosesan minyak mentah mengalami gangguan, mengurangi stok yang tersedia dari wilayah produksi utama negara itu dan menunda pemuatan kargo.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...