Belum Ada Infrastruktur, SKK Migas Sebut Pengembangan Gas Blok Andaman Rumit

Mela Syaharani
29 Agustus 2024, 18:23
blok andaman, migas, gas, skk migas
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.
Foto udara anjungan lepas pantai Sepinggan Field Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS) Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), Kalimantan Timur, Selasa (26/3/2024).
Button AI Summarize

SKK Migas berharap perusahaan migas asal Uni Emirat Arab dapat mempercepat waktu pengembangan potensi gas di blok South Andaman. Seperti halnya ENI yang telah berhasil memperoleh persetujuan rencana pengembangan atau plan of development (POD).

Dalam satu tahun terakhir, Mubadala Energy telah berhasil menemukan potensi gas sebanyak 6 triliun kaki kubik (tcf) di sumur Layaran-1 dan 2 tcf di sumur Tangkulo-1. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto berharap POD proyek gas South Andaman dapat disetujui akhir tahun ini.

“Pekerjaan di South Andaman mungkin lebih rumit, karena kedua potensi gas ini berada di laut dalam, tetapi belum ada infrastruktur disana,” kata Dwi dikutip dari Reuters, pada Kamis (29/8).

Meski belum ada infrastruktur, namun Dwi menyebut proyek di South Andaman kemungkinan dapat memanfaatkan keberadaan kilang gas alam cair atau LNG Arun di Aceh. “Tetapi kilang yang sudah tua itu mungkin tidak cocok untuk diaktifkan kembali,” katanya.

Sebelumnya, Dwi mengatakan Mubadala Energy, saat ini sedang menyusun skenario POD potensi migas di sana. “Ditargetkan bahwa POD ini bisa kami selesaikan di sekitar Oktober 2024,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat ditemui di Jakarta pada Rabu (14/8).

Dwi mengatakan Mubadala saat ini masih mengkalkulasi seluruh aspek yang mask dalam rencana pengembangan di wilayah kerja (WK) South Andaman seperti kebutuhan platform untuk hasil produksi.

“Perlu bangun LNG nanti itu pasti akan disalurkan ke Sumatera. Nanti kami kalkulasi kebutuhan industri,” ujarnya.

Selain itu, untuk mensukseskan produksi WK South Andaman Dwi mengatakan pihaknya sedang melakukan studi untuk revitalisasi kilang LNG Arun yang nantinya digunakan untuk menampung hasil produksi gas di South Andaman.

Pada awal tahun ini, pemerintah berencana membangun kilang LNG baru di Aceh. Langkah ini sebagai upaya untuk mengganti fasilitas yang sudah tua di provinsi tersebut.

"Karena kilang di Arun tidak semua peralatan bisa digunakan,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di kantornya, Jakarta, Kamis (11/1).

Rencana pembangunan kilang mulai berhembus saat Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan kilang LNG Arun tidak bisa digunakan untuk menyerap potensi gas yang ada di Aceh.

Sebagai informasi, gas bumi dari Sumatera Bagian Utara telah lama berproduksi. Lapangan Arun mulai mengalirkan gas pada awal 1970-an.

Ketika itu, perusahaan asal Amerika Serikat, Mobil Oil (lalu menjadi ExxonMobil Oil), yang melakukan pengeboran. Produksi gas tersebut sebagian besar diekspor ke Jepang dan Korea Selatan.

Sisanya untuk pabrik Pupuk Iskandar Muda dan pembangkit listrik. Bertahun-tahun kemudian kilang LNG Arun menjadi mati suri karena kurangnya pasokan gas.

Kabar baik baru muncul pada 2022. Pemerintah menyebut adanya potensi cadangan gas besar alias giant discovery di utara Aceh, termasuk Blok Andaman.

Terkait rencana pembangunan kilang, menurut Tutuka, semua pihak dapat mengerjakannya. “Bisa (Mubadala), bisa siapa saja,” ujarnya.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...