Harga Minyak Jeblok, Laba Raksasa Migas Saudi Aramco Anjlok 15%,
Raksasa minyak negara Saudi Aramco mencatat laba bersih sebesar US$ 27,56 miliar atau setara Rp 434 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.750 per dolar AS pada kuartal ketiga tahun ini. Kinerja laba tersebut turun 15,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tetapi melampaui estimasi para analis sebesar US$ 26,9 miliar.
Kinerja laba Saudi Aramco yang jeblok terutama dipengarihi oleh tren penurunan harga minyak mentah global. Mengutip Reuters, perusahaan menjelaskan bahwa kinerja laba tertolong oleh penurunan beban penjualan yang terutama didorong oleh keuntungan dari instrumen derivatif, dan penurunan royalti produksi.
Perusahaan mencatat, laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT mencapai US$51,45 miliar pada kuartal ketiga, turun 17% secara tahunan. Alokasi belanja modal Aramco dinaikkan 20% menjadi US$13,23 miliar.
Meski kinerja laba turun, Saudi Aramco akan mempertahankan pembagian dividen mencapai US$ 31,05 miliar atau setara Rp 489 trilun. Dividen ini terdiri dari pembayaran dasar mencapai US$ 20,3 miliar dan pembayaran terkain kinerja US$ 10,8 miliar.
Saudi Aramco dimiliki pemerintah Arab Saudi dengan kepemilikan mencapai 81,5% dan Dana Investasi Publik atau PIF Arab Saudi dengan kepemilikan mencapai 16%. PIF merupakan pengelola dana kekayaan Arab Saudi yang didirikan sejak 1971.
Lembaga dana ini mengelola aset sekitar US$925 miliar, mengarahkan agenda ekonomi yang luas dan dikenal sebagai Visi 2030 untuk mengurangi ketergantungan kerajaan pada minyak. Rencana tersebut telah menggelontorkan sejumlah besar uang untuk investasi di berbagai sektor mulai dari mobil sport dan mobil listrik hingga kota gurun futuristik.
Arab Saudi, adalah pemimpin de facto Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memompa sekitar 9 juta barel per hari, sekitar tiga perempat dari kapasitasnya setelah menyetujui pemotongan dengan anggota OPEC dan sekutunya termasuk Rusia.