Smelter Grade Alumina Milik Inalum-Antam Mulai Produksi Maret 2025

Mela Syaharani
10 Januari 2025, 11:21
smelter, smelter alumina, inalum, antam, erick thohir
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Ilustrasi pabrik peleburan aluminium.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter grade alumina refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat akan mulai produksi perdana pada Maret 2025. SGAR merupakan smelter yang mengolah bauksit menjadi alumina.

“Nanti mudah-mudahan Maret ini di Kalimantan Barat, kami sudah bisa mulai produksi alumina sendiri,” kata Erick dalam acara MINDialogue yang dipantau secara daring di CNBC TV pada Kamis (9/1).

Dalam setahun, smelter ini dapat mengolah 3,3 juta ton bauksit menjadi satu juta ton alumina. Pabrik ini milik PT Borneo Alumina Indonesia atau PT BAI yang merupakan anak usaha patungan dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Inalum dan Antam merupakan anggota dari holding BUMN pertambangan PT Mineral Industri Indonesia alias MIND ID. Erick menyampaikan Indonesia sebelumnya mengimpor 1,2 juta ton alumina per tahun. Dengan produksi di SGAR ini, Erick menyebut porsi impor alumina Indonesia hanya tersisa 200 ribu ton per tahun. “Itu mungkin menghemat US$ 300 juta,” ujarnya.

Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso sebelumnya menyampaikan MIND ID berencana menambah menambah kapasitas SGAR. “Mungkin tiga kali lipat dari besaran saat ini yang ada di Kuala Tanjung (Sumatera Utara),” kata Hendi.

Pembangunan Smelter Fase II 

Hendi juga mengatakan MIND ID juga telah menyiapkan lahan seluas 500 hektare untuk perluasan smelter bauksit SGAR Mempawah fase II berkapasitas produksi 600 ribu ton per tahun. 

Proyek perluasan itu ditaksir membutuhkan biaya sekitar US$ 2 miliar plus fasilitas pendukung sejumlah US$ 900 juta untuk infrastruktur jalan, hauling, hingga pembangkit listrik.  

Menurut Hendi, perencanaan proyek ekspansi smelter Mempawah fase II dapat menghemat devisa negara hingga US$ 3,5 miliar per tahun dari pengurangan impor aluminium. "Lalu ada penciptaan output dari sisi keekonomian, sekitar Rp 150-an triliun lebih," kata Hendi pada kesempatan yang sama. 

Reporter: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...