2 Alasan Pemerintah Memberikan Relaksasi Ekspor kepada Freeport hingga Juni 2025

Ringkasan
- Forum CCS Internasional dan Indonesia 2024 bertujuan mempercepat dekarbonisasi dan pertumbuhan ekonomi melalui pusat-pusat CCS, terutama di Asia Tenggara.
- Untuk memperluas pusat CCS, diperlukan kebijakan yang kuat, model bisnis efektif, dan kemitraan multilateral.
- Forum CCS akan menghadirkan pembicara ahli untuk membahas kolaborasi bisnis, berbagi pengetahuan, dan memajukan proyek CCS di kawasan Asia Tenggara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan pemerintah akan memberikan persetujuan relaksasi ekspor konsentrat tembaga kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga Juni 2025.
Bahlil mengatakan keputusan ini diberikan dengan beberapa pertimbangan, salah satunya demi kebaikan negara, perusahaan, dan masyarakat Papua. Terlebih Indonesia memiliki 51% atau saham mayoritas Freeport.
“Kalau kami tidak izinkan, bagaimana pendapatan daerah untuk Papua, Timika? Kecuali konsentratnya itu masuk ke smelter, perputaran ekonomi,” kata Bahlil saat ditemui di kantornya pada Jumat (21/2).
Izin ekspor konsentrat PTFI telah berakhir pada 31 Desember 2024. Bahlil mengatakan saat ini produksi konsentrat tembaga dari tambang Freeport di Papua tidak terolah, hanya disimpan.
“Karyawan semua disuruh stay (menunggu). Yang menanggung negara karena memiliki saham 51% di Freeport,” ujarnya.
Selain itu, pertimbangan perpanjangan izin ekspor ini juga berdasarkan pada hasil penyelidikan tim kepolisian dan asuransi. Diketahui bahwa kebakaran di smelter Gresik, Jawa Barat, berasal dari kesalahan yang tidak disengaja.
“Artinya kahar, dan itu asuransi luar negeri yang sudah membayar,” ujarnya.
Atas dua alasan tersebut, Bahlil menyampaikan pemerintah dalam rapat terbatas bersama Presiden memutuskan untuk memperpanjang izin ekspor konsentrat tembaga hingga Juni 2025, sampai perbaikan smelter selesai.
Ia telah meminta Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas untuk menandatangani surat pernyataan di atas materai yang dinotariskan. “Kalau sampai Juni perbaikan belum selesai maka Freeport akan mendapatkan sanksi,” ucapnya.
Kerugian Akibat Kebakaran Smelter
PTFI mengatakan kebakaran yang terjadi pada smelter tembaga mereka di JIIPE Gresik, Jawa Timur berimbas pada kinerja perusahaan.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan dari total konsentrat tembaga yang diproduksi di tambang Papua, hanya 40% yang diolah atau diserap saat ini. Pengolahannya berada di smelter perusahaan lainnya, yaitu PT Smelting, yang juga berada di Gresik.
Sisanya menjadi idle dan jumlahnya bisa mencapai 1,5 juta ton konsentrat yang tidak bisa diproses PT Smelting. "Nilai (penerimaan negara) dengan harga sekarang itu berkurang mencapai US$ 4 miliar atau Rp 65 triliun,” kata Tony dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu (19/2).
Dalam paparannya tertulis nilai Rp 65 triliun ini terdiri dari beberapa aspek, antara lain:
- Dividen US$ 1,7 miliar atau Rp 28 triliun
- Pajak US$ 1,6 miliar atau Rp 26 triliun
- Bea keluar ekspor US$ 0,4 miliar atau Rp 6,5 triliun
- Royalti US$ 0,3 miliar atau Rp 4,5 triliun
Tony menyampaikan selain berdampak pada penerimaan negara, konsentrat yang tidak terolah dan tidak bisa diekspor juga berdampak bagi pengurangan pendapatan daerah pada 2025 yang totalnya mencapai Rp 5,6 triliun.
“Provinsi Papua Tengah kira-kira Rp 1,3 triliun, Kabupaten Mimika Rp 2,3 triliun, dan Kabupaten lain di Papua Tengah sekitar Rp 2 triliun,” ujarnya.
Tidak hanya itu, hal ini juga turut berdampak pada potensi berkurangnya alokasi dana kemitraan PTFI untuk program pengembangan masyarakat sebesar US$ 60 juta atau Rp 960 miliar pada 2025.