Bahlil Sebut Amman Mineral Belum Ajukan Perpanjangan Ekspor Konsentrat Tembaga

Mela Syaharani
21 Februari 2025, 17:33
Kepulan asap keluar dari cerobong pabrik smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Dusun Otak Keris, Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB, Kamis (31/10/2024).
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/foc.
Kepulan asap keluar dari cerobong pabrik smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Dusun Otak Keris, Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB, Kamis (31/10/2024).

Ringkasan

  • Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Raden Pardede, mengakui adanya penurunan jumlah kelompok kelas menengah akibat pandemi Covid-19, dan menekankan sektor manufaktur sebagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara meningkatkan lapangan kerja di sektor formal.
  • Kualitas sektor manufaktur perlu ditingkatkan untuk memenuhi standar internasional dan meningkatkan daya saing produk lokal, seperti memproduksi produk tekstil berkualitas tinggi yang dapat bersaing dengan merek internasional seperti Uniqlo, sebagai langkah untuk mempertahankan dan meningkatkan pendapatan kelompok kelas menengah.
  • Visi Indonesia 2045 bertujuan untuk meningkatkan persentase penduduk kelas menengah menjadi 80% dari total penduduk, dengan harapan pendapatan per kapita mencapai USD 30.000, yang akan meningkatkan daya beli dan memacu pertumbuhan ekonomi secara mandiri, didukung oleh strategi pemerintah seperti insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dan subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk memperkuat kelas menengah.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan PT Amman Mineral Internasional Tbk belum mengajukan perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga yang sebelumnya berlaku hingga akhir 2024.

“Belum, sampai sekarang yang mengajukan PT Freeport Indonesia (PTFI),” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (21/2).

Freeport dan Amman merupakan dua dari lima perusahaan yang mendapatkan relaksasi ekspor hingga 31 Desember 2024. Setelah itu, perusahaan penerima relaksasi tidak bisa mengekspor hasil tambang ke luar negeri.

Amman Mineral sebelumnya berharap pemerintah akan memberikan relaksasi ekspor konsentrat tembaga pada 2025. Penyebabnya, proses commissioning  pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) perusahaan berjalan lambat dan kapasitas input konsentrat masih 40%.  

Presiden Direktur Amman Mineral Internasional Rachmat Makkasau mengatakan pihaknya berhati-hati dalam melakukan uji coba pabrik tersebut. "Kami melakukan percobaan sana-sini untuk memastikan kapasitas bisa tercapai dengan cepat,” katanya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu (19/2).

Akibat progres smelter yang berjalan lambat, stok tembaga perusahaan mencapai 200 ribu ton konsentrat. Jika negara mengizinkan, Rachmat mengatakan, stok itu dapat dijual ke negara lain untuk memaksimalkan pendapatan negara. 

“Harapan kami progres commissioning dan start up bisa berjalan dengan baik dan cepat sehingga produk kami bisa diserap,” ujarnya. 

Smelter yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, itu memiliki kapasitas pengolahan 900 ton konsentrat tembaga per tahunnya. Dari jumlah tersebut, pabrik dapat menghasilkan 220 ribu ton katoda tembaga, 801 ribu ton asam sulfat, 18 ton emas, 55 ton perak, dan 77 ton selenium. 

“Total investasi untuk pembangunan smelter ini sekitar US$ 1,4 miliar (Rp 22,91 triliun),” ujar Rachmat.

Reporter: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...