Bahlil Sebut Amman Mineral Belum Ajukan Perpanjangan Ekspor Konsentrat Tembaga

Mela Syaharani
21 Februari 2025, 17:33
Kepulan asap keluar dari cerobong pabrik smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Dusun Otak Keris, Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB, Kamis (31/10/2024).
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/foc.
Kepulan asap keluar dari cerobong pabrik smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Dusun Otak Keris, Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB, Kamis (31/10/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan PT Amman Mineral Internasional Tbk belum mengajukan perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga yang sebelumnya berlaku hingga akhir 2024.

“Belum, sampai sekarang yang mengajukan PT Freeport Indonesia (PTFI),” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (21/2).

Freeport dan Amman merupakan dua dari lima perusahaan yang mendapatkan relaksasi ekspor hingga 31 Desember 2024. Setelah itu, perusahaan penerima relaksasi tidak bisa mengekspor hasil tambang ke luar negeri.

Amman Mineral sebelumnya berharap pemerintah akan memberikan relaksasi ekspor konsentrat tembaga pada 2025. Penyebabnya, proses commissioning  pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) perusahaan berjalan lambat dan kapasitas input konsentrat masih 40%.  

Presiden Direktur Amman Mineral Internasional Rachmat Makkasau mengatakan pihaknya berhati-hati dalam melakukan uji coba pabrik tersebut. "Kami melakukan percobaan sana-sini untuk memastikan kapasitas bisa tercapai dengan cepat,” katanya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu (19/2).

Akibat progres smelter yang berjalan lambat, stok tembaga perusahaan mencapai 200 ribu ton konsentrat. Jika negara mengizinkan, Rachmat mengatakan, stok itu dapat dijual ke negara lain untuk memaksimalkan pendapatan negara. 

“Harapan kami progres commissioning dan start up bisa berjalan dengan baik dan cepat sehingga produk kami bisa diserap,” ujarnya. 

Smelter yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, itu memiliki kapasitas pengolahan 900 ton konsentrat tembaga per tahunnya. Dari jumlah tersebut, pabrik dapat menghasilkan 220 ribu ton katoda tembaga, 801 ribu ton asam sulfat, 18 ton emas, 55 ton perak, dan 77 ton selenium. 

“Total investasi untuk pembangunan smelter ini sekitar US$ 1,4 miliar (Rp 22,91 triliun),” ujar Rachmat.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan