Pendanaan Seret, Bulog Andalkan Kredit Bank untuk Serap 3 Juta Ton Beras Lokal


Perum Bulog menargetkan penyerapan 3 juta ton beras dari dalam negeri pada Maret-April 2025. Namun, upaya ini menghadapi tantangan berupa keterbatasan kapasitas penyimpanan dan pendanaan.
Komisi VI DPR memperkirakan Bulog membutuhkan dana sekitar Rp 35 triliun untuk pengadaan 3 juta ton gabah, ditambah Rp 2 triliun untuk proses pengolahan menjadi beras.
Direktur Utama Bulog Novi Helmy Prasetya mengungkapkan bahwa hingga pekan ini, Bulog baru mendapatkan pendanaan sebesar Rp 16,6 triliun.
"Selain dari pemerintah, kami juga mendapat pinjaman dari bank untuk memenuhi penugasan penyerapan 3 juta ton beras lokal ini," ujar Novi dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Senin (3/3).
Dengan demikian, kontribusi kas negara dalam program ini hampir mencapai 50%. Namun Novi tidak menjelaskan lebih lanjut terkait nilai kredit perbankan maupun kas Bulog yang akan dikucurkan dalam penugasan pemerintah tahun ini.
Dari sisi kapasitas penyimpanan, Sekretaris Perusahaan Bulog Arwakhudin Widiarso, menjelaskan bahwa total kapasitas gudang Bulog mencapai 3,8 juta ton. Namun hanya sekitar 1,8 juta ton yang tersedia karena stok beras pemerintah pada akhir tahun lalu mencapai 2 juta ton.
"Kapasitas gudang Bulog saat ini kurang untuk menyerap hasil panen raya. Kami telah menyiapkan perjanjian kerja sama untuk menyewa gudang tambahan jika diperlukan," kata Arwakhudin, Jumat (17/1).
Sejumlah gudang milik perusahaan negara seperti PT Krakatau Steel Tbk dan TNI dipertimbangkan sebagai tempat penyimpanan tambahan. Namun penyewaan gudang ini hanya akan dilakukan jika penyaluran beras bantuan pangan dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dibatalkan oleh pemerintah.
Pemerintah Telah Alokasikan Dana
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan bahwa pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 39 triliun untuk menyerap 3 juta ton beras lokal pada Februari-April 2025.
"Bulog sudah memegang dana Rp 23 triliun untuk serapan beras lokal ini," ujar Zulhas.
Di sisi produksi, Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksikan produksi beras pada Maret 2025 mencapai 5,72 juta ton, angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Mulyono memperkirakan total produksi Gabah Kering Panen (GKP) pada kuartal pertama 2025 mencapai 18 juta ton.
"Asumsi produksi gabah setara beras pada Januari-Maret 2025 sekitar 9 juta ton. Ini harus ditangkap bersama oleh semua pemangku kepentingan," ujar Mulyono dalam Sosialisasi Pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras, Selasa (14/1).
Mulyono menekankan bahwa penyerapan hasil panen pada kuartal pertama sangat penting untuk menjaga semangat petani dalam melanjutkan penanaman. "Teman-teman Bulog harus turun dan menyerap hasil panen petani untuk mengisi gudangnya, agar stok yang diterima masyarakat tetap segar," ujarnya.
Dia mengingatkan bahwa Maret 2025 merupakan awal lonjakan produksi beras. Pemerintah berencana memperluas sawah hingga 2 juta hektare, dengan target luas tanam mencapai 20 juta hektare pada akhir tahun.
Pemerintah juga merencanakan pengairan 851 ribu hektare lahan rawa, pembukaan 500 ribu hektare sawah baru, serta revitalisasi 1 juta hektare sawah eksisting. "Jika semua berjalan sesuai rencana, produksi beras nasional akan melimpah," kata Mulyono.