BKPM Sebut Hilirisasi Batu Bara Berpotensi Tarik Investasi Rp 522,4 Triliun

Ringkasan
- Potensi investasi hilirisasi batu bara mencapai US$ 31,82 miliar (Rp 522,48 triliun) untuk produk DME, methanol, dan kokas/semi kokas. Hilirisasi ini diproyeksikan menyerap 23.160 tenaga kerja, berkontribusi US$ 2,26 miliar terhadap PDB, dan meningkatkan ekspor sebesar US$ 11,3 miliar.
- DME disubstitusikan untuk mengurangi impor dan penggunaan LPG. Pemerintah berencana menghidupkan kembali proyek gasifikasi batu bara menjadi DME di Sumatera dan Kalimantan.
- Proyek DME akan didanai oleh anggaran negara dan swasta nasional, termasuk BPI Danantara, berbeda dengan rencana sebelumnya yang mengandalkan investor asing. Proyek ini bertujuan mengolah batu bara berkalori rendah sebagai substitusi LPG impor.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan bahwa potensi investasi hilirisasi batu bara bisa mencapai US$ 31,82 miliar atau sekitar Rp 522,48 triliun. Nilai ini berasal dari tiga jenis produk utama, yaitu dimethyl ether (DME), methanol, dan kokas/semi kokas.
“DME bukan satu-satunya opsi dalam hilirisasi. DME sendiri sudah melalui perjalanan panjang, dan tantangannya adalah maju mundurnya investor saat itu,” ujar Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, saat ditemui di Jakarta, Selasa (18/3).
Selain nilai investasi yang besar, hilirisasi batu bara juga diproyeksikan mampu menyerap 23.160 tenaga kerja, berkontribusi sebesar US$ 2,26 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), serta meningkatkan ekspor hingga US$ 11,3 miliar.
Todotua menjelaskan bahwa DME merupakan strategi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG yang sebagian besar masih disubsidi untuk konsumsi industri dan masyarakat.
“Untuk menekan impor dan pemakaian LPG, salah satu strategi yang diambil adalah mencari produk substitusi,” ujarnya.
Proyek DME Dimulai Kembali
Pemerintah berencana menghidupkan kembali proyek gasifikasi batu bara menjadi DME di tiga lokasi di Sumatera dan Kalimantan. Keputusan ini merupakan instruksi langsung dari Presiden Prabowo Subianto dalam rapat terbatas bersama Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/3).
Kepala Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa proyek ini bertujuan untuk mengolah batu bara berkalori rendah agar dapat digunakan sebagai substitusi impor LPG.
“Pemerintah akan memastikan bahwa produk yang dihasilkan benar-benar bisa dipasarkan di dalam negeri sebagai pengganti impor,” ujarnya dalam konferensi pers seusai rapat.
Bahlil juga menekankan bahwa pendanaan proyek kali ini akan berasal dari anggaran negara serta perusahaan swasta nasional, berbeda dari rencana sebelumnya yang bergantung pada investor asing.
Salah satu sumber pendanaan proyek ini berasal dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). “Jadi, kali ini tidak ada ketergantungan kepada pihak asing,” kata Bahlil.