ESDM Dorong Pertamina Investasi di Hulu Migas AS


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka peluang kepada PT Pertamina (Persero) untuk membuka investasi di sektor hulu migas Amerika Serikat (AS).Peluang Pertamina untuk investasi di Amerika Serikat sebagai salah satu cara negosiasi tarif impor yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
“(Investasi) di hulu, cuman belum final sekarang ini masih perundingan. Belum fix, masih finalisasi,” ujar Pelaksana Tugas Harian Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tri Winarno saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (14/4).
Tri mengatakan investasi Pertamina merupakan rencana biasa yang dilakukan BUMN lainnya. Dia mencontohkan MIND ID yang menjajaki kerja sama dengan pemerintah Australia dalam mengeksplorasi lithium untuk baterai mobil listrik di Australia.
"Kan tidak ada masalah. PT Timah (Persero) Tbk ke Afrika juga tidak ada masalah,” kata Tri.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, terdapat perusahaan Indonesia yang akan berinvestasi di AS. Ini menjadi salah satu poin negosiasi yang akan dilakukan untuk bertemu dengan wakil Pemerintah AS terkait tarif impor 32%, yang tengah ditunda implementasinya.
“Secara teknis juga Indonesia juga akan ada selain mengundang investasi Amerika di Indonesia, Indonesia juga akan ada perusahaan yang akan investasi di Amerika,” kata Airlangga dalam konferensi per di Gedung Kemenko Perekonomian, Senin (14/5).
Airlangga belum bisa menjelaskan secara detail perusahaan apa yang akan menanamkan investasi di AS. Menurutnya, keputusan ini akan bergantung kepada hasil negosiasi antara Indonesia dan AS berkaitan tarif perdagangan yang ditetapkan Presiden AS, Donald Trump.
“Seluruhnya tentu tergantung daripada pembicaraan nanti. Nah, soal komoditas dan perusahaan itu akan diumumkan di sana (AS)," ujar Airlangga.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengatakan hingga saat ini dirinya belum mendapatkan informasi apakah Pertamina akan ikut berinvestasi atau tidak.
“Tapi seperti yang sudah kami sampaikan bahwa sampai saat ini kami sebenarnya sudah ada kerja sama dengan beberapa perusahaan di AS yang mungkin bisa menjadi salah satu kajian oleh pemerintah,” kata Fadjar saat ditemui di Grha Pertamina, Senin (14/4).
Fadjar menyebut kerja sama dengan perusahaan AS yang telah dilakukan Pertamina pada komoditas energi yakni minyak mentah atau crude, gas alam cair atau LNG, serta liquified petroleum gas atau LPG.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu mengungkapkan, badan usaha milik negara alias BUMN yang bergerak di bidang minyak dan gas atau migas memiliki peluang untuk melakukan investasi di AS.
Todotua menjelaskan, sudah ada beberapa perusahaan di sektor tersebut yang sudah melakukan investasi di luar negeri. “Karena kan sebenarnya beberapa investasi kita yang di luar kan sudah pernah terjadi, salah satunya itu industrinya minyak dan gas,” kata Todotua di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (14/4).
Menurut Todotua, sektor migas menjadi salah satu komoditas strategis yang berpotensi. Ini karena Indonesia sudah memiliki pengalaman investasi luar negeri melalui anak perusahaan Pertamina.
"Artinya kan secara strategis yang kita lihat, kita bisa berinvestasi ke sana yang juga nanti inline-nya bisa kita serap untuk kepentingan di negara kita juga," ujar Todotua.
Ia menjelaskan, arah strategi investasi ini masih dibahas lebih lanjut sesuai dengan hasil negosiasi dengan Pemerintah AS. Ia juga belum mau menyebutkan perusahaan mana yang akan berinvestasi apakah berasal dari BUMN atau swasta.
Namun menurut dia, sejumlah BUMN telah memiliki rekam jejak investasi di luar negeri, khususnya di sektor migas. “Bisa akuisisi sumur, bisa di upstream, midstream-nya,” kata Todotua.