RI Tambah Porsi Impor Migas AS, Nilainya Capai Rp 168 Triliun


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia berencana menambah jumlah jumlah impor migas dari Amerika Serikat (AS) mencapai US$ 10 miliar atau Rp 168,56 triliun.
Bahlil menyebut penambahan impor ini untuk mengatasi masalah antara Indonesia dan AS terkait surplus perdagangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS surplus perdagangan Indonesia ke AS sebanyak US$ 14,6 miliar.
Dia menyebut AS menginginkan agar Indonesia bisa menyeimbangkan neraca perdagangan yang ada. Bahlil menyampaikan keseimbangan neraca perdagangan juga masuk dalam salah satu arahan dari Presiden Prabowo Subianto kepada jajaran pemerintahannya.
“Kami mengusulkan dari ESDM itu mengimpor sebagian minyak dari AS serta menambah kuota impor LPG kita. Angkanya kurang lebih di atas US$ 10 miliar,” kata Bahlil saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/4).
Bahlil menyebut dengan penambahan impor migas dari AS akan menggeser defisit neraca perdagangan, sehingga hal ini tidak terjadi lagi. Dia mengatakan pemerintah terus berusaha agar negara perdagangan Indonesia dan AS seimbang atau balance.
Kurangi Porsi Negara Lain
Bahlil mengatakan impor minyak mentah Indonesia saat ini sebagian besar berasal dari Singapura, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Dia menyebut porsi impor minyak dari AS baru 4% dari keseluruhan.
“Baru 4%, kami akan meng-exercise sehingga bisa mengurangi defisit neraca perdagangan,” kata Bahlil.
Dengan rencana penambahan porsi impor minyak dari AS ini, lanjut Bahlil, berpotensi mengurangi volume atau jumlah impor dari negara lainnya. Namun, hal ini tidak berarti negara akan menyetop impor dari negara lainnya.
Bahlil mengatakan rencana peningkatan impor ini sesuai dengan perintah Presiden Prabowo Subianto yang menginstruksikan kepada menterinya agar melihat potensi komoditas yang bisa dibeli dari AS.
BPS mencatat, total impor LPG, liquefied propane dan butane, sepanjang 2024 tercatat mencapai 6,89 miliar kg atau 6,89 juta ton. Adapun, total nilai impor LPG pada 2024 tercatat mencapai US$ 3,79 miliar.
Artinya, impor LPG dari Amerika Serikat mendominasi, yakni mencapai 57% dari total volume impor LPG Indonesia. Sementara dari sisi nilai, impor LPG dari AS mencapai 53% dari total impor LPG Indonesia.
“Harga LPG AS dan Timur Tengah sama, logika harusnya lebih mahal dari transportasi. Jadi saya pikir semua ada cara untuk menghitung, yang penting produk impor yang diterima negara kita punya harga yang kompetitif,” sebutnya.
Alasan-alasan di atas, pemerintah hingga saat ini menghitung untuk meningkatkan impor minyak mentah dan LPG dari AS. Namun, kata Bahlil, pemerintah belum menghitung kebutuhan untuk impor BBM. “Saya tidak tahu soal LNG, sektor BBM belum kami hitung karena belum ada kebutuhan juga,” kata Bahlil.