Bahlil Ungkap Calon Mitra Huayou dalam Proyek Ekosistem EV: dari Cina

Mela Syaharani
29 April 2025, 10:43
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, huayou, baterai, kendaraan listrik, ev
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia berada di mobil usai mengikuti rapat yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengungkapkan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. akan menggandeng mitra lain untuk melanjutkan proyek ekosistem kendaraan listrik (EV) yang ditinggalkan LG Energy Solution (LGES).

Sebelum hengkang, LGES telah membangun proyek hingga kapasitas 10 giga watt jam. “Mitranya ini akan membangun 20 Gwh berikutnya. Nama perusahaannya akan kami umumkan,” kata Bahlil saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (29/4).

Ia memastikan partner Huayou ini sudah teruji karena salah satu perusahaan tujuh besar dunia, dari Cina.

Terkait pemilihan mitra, pemerintah saat ini tidak mengkotak-kotakkan investor.“Saya tidak membeda-bedakan. Kita jangan sok ingin yang ini, ingin yang itu. Kalau pihak yang kita inginkan tidak kunjung datang, masa mau menunggu terus?” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Bahlil juga menyebutkan alasan mengapa LGES hengkang dari proyek baterai Indonesia. Bukan karena pergi tapi pemerintah yang memutuskan agar Huayou menggantikan LGES.

“Kami yang menandatangani surat tersebut, hanya saja tidak kami umumkan. Penandatanganan sudah terjadi tiga sampai empat bulan lalu, dari Januari,” ucapnya.

Faktor yang menyebabkan pemerintah menandatangani surat tersebut berkaitan dengan kinerja LGES yang dianggap tak kunjung menunjukkan progres dari komitmen yang ada.

"Nah, pihak yang mau cepat sudah ada. Jadi bukan kami tidak mau mereka, tapi mereka yang terlalu lama,” kata dia.

Investasi Huayou

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosan P. Roeslani mengatakan komitmen nilai investasi yang diberikan Huayou mencapai US$ 8,6 miliar atau setara Rp 145 triliun.

Investasi ini merupakan bagian dari total nilai proyek sebelumnya sebesar US$ 9,8 miliar yang sempat disepakati bersama LG Energy Solution dan konsorsium Korea Selatan, yang telah mundur.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan mengungkapkan nilai US$ 9,8 miliar merupakan perhitungan awal dari keseluruhan proyek Indonesia Grand Package.

Proyek itu mencakup rantai pasok baterai secara menyeluruh. Mulai dari tambang, pemrosesan nikel, prekursor, bahan katode, hingga sel baterai lewat proses joint venture alias JV.

Dalam keseluruhan anggaran, tercatat LG Energy Solution telah merealisasikan JV tahap I dengan nilai total US$ 1,1 miliar-US$ 1,2 miliar.  “Nilai ini mengurangi angka yang US$ 9,8 miliar sehingga hasilnya menjadi US$ 8,6 miliar,” kata Ichwan, saat dihubungi, Kamis (24/4). 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan