Apakah RI Perlu Impor LNG dari AS, Ini Data Kebutuhannya

Mela Syaharani
30 April 2025, 14:19
impor, lng
bp
Tangguh LNG
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pemerintah Indonesia sedang melakukan negosiasi atas perang tarif yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Salah satunya dengan upaya peningkatan impor sejumlah komoditas dari AS, termasuk minyak dan gas.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia melihat peluang untuk peningkatan impor energi, khususnya gas alam cair atau liquidfied natural gas (LNG) dari AS. Menurutnya, kapasitas produksi dalam negeri masih belum mencukup kebutuhan dalam negeri.

“Jadi ini semua adalah area di mana kita tentu dapat melakukan outsourcing minyak dan gas dari AS, termasuk produk Boeing dan sebagainya. Ada juga beberapa komoditas serta produk manufaktur di mana kita dapat mempersempit, mengurangi, atau bahkan menghilangkan surplus ini,” kata Sri Mulyani dalam siaran pers, dikutip Senin (28/4).

Berbeda dengan Menkeu Sri Mulyani, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan hingga saat ini tidak ada pembicaraan terkait impor gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat (AS). Hal ini dilakukan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia dan AS yang mencapai US$ 14,6 miliar atau Rp 246 triliun.

“Kemarin, dari pembicaraan saya dengan bapak Presiden tidak ada impor LNG. Jadi saya tidak tahu. Saya tidak mengomentari sesama menteri,” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (28/4).

Bahlil mengatakan kondisi Indonesia saat ini masih memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan LNG dalam negeri menggunakan pasokan domestik. Menurutnya, saat ini pemerintah tengah menyusun cara untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dengan AS. 

Dari sektor energi, Indonesia berencana mengimpor beberapa komoditas seperti liquified petroleum gas atau LPG, BBM, dan minyak mentah atau crude. “Itu nilainya kurang lebih sekitar US$ 10 miliar. Karena kan kita punya defisit kan sekitar US$ 14,6 miliar tapi diakui oleh AS US$ 17,9 miliar,” ujarnya.

LNG

Gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) adalah campuran komponen metana, etana, propana, dan nitrogen yang berasal dari gas alam yang telah dicairkan pada suhu -161 derajat celsius (-256 derajat F). LNG memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, nonkorosif, dan tidak beracun.

Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas), dalam delapan tahun terakhir atau periode 2016 sampai 2023, produksi LNG Indonesia menunjukkan tren menurun. Kendati demikian, pada 2023 jumlah produksi LNG meningkat sekitar satu juta metrik ton. 

Berikut daftar jumlah produksi LNG di Indonesia, periode 2016-2023:

2016: 20,22 juta metrik ton

2017: 19,22 juta metrik ton

2018: 19,06 juta metrik ton

2019: 16,43 juta metrik ton

2020: 15,43 juta metrik ton

2021: 14,71 juta metrik ton

2022: 14,99 juta metrik ton

2023: 16,05 juta metrik ton

Produksi LNG Indonesia saat ini berasal dari tiga tempat, yakni PT. Badak LNG di Bontang Kalimantan Timur, BP Tangguh Papua Barat, dan PT. Donggi Senoro LNG di Sulawesi Tengah.

Menurut data tersebut, mayoritas LNG diproduksi di PT Badak LNG  selama 2016-2018. Pada 2018, angka produksi BP Tangguh menyamai PT Badak LNG. Sejak 2019 hingga saat ini BP Tangguh menjadi perusahaan dengan produksi LNG terbanyak di Indonesia.

Pada 2023, angka produksinya mencapai 8,6 juta metrik ton, disusul PT Badak LNG 5,1 juta metrik ton, dan PT Donggi Senoro LNG sebanyak 2,3 juta metrik ton. Berdasarkan data tersebut, pada 2023 terdapat perusahaan baru yang turut menyumbangkan produksi LNG yakni PT Kayan LNG Nusantara sebesar 6.197 metrik ton.

Pemanfaatan LNG

Melansir data Ditjen Migas, hasil produksi LNG Indonesia dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan juga diekspor ke luar negeri. Dalam laporan statistik Ditjen Migas, disebutkan bahwa ekspor dan impor merupakan salah satu kegiatan usaha hilir migas yang termasuk pada kategori niaga. 

Kegiatan niaga dapat meliputi kegiatan ekspor dan impor pada minyak mentah dan kondensat, Bahan Bakar Minyak (BBM), Liquid Petroleum Gas (LPG), produk kilang, dan LNG.

Berdasarkan sumber statistik Ditjen Migas, jumlah pemanfaatan LNG domestik menunjukkan tren fluktuatif pada periode 2016-2023, meskipun sejak 2021 jumlah pemanfaatan LNG terus meningkat.

Berikut data pemanfaatan LNG untuk domestik periode 2016-2023:

2016: 431,43 billion bristh thermal unit per day (BBTUD)

2017: 372,64 BBTUD

2018: 405,15 BBTUD

2019: 508,25 BBTUD

2020: 381,40 BBTUD

2021: 479,27 BBTUD

2022: 482,78 BBTUD

2023: 568,27 BBTUD

Jika dibandingkan dengan pemanfaatan LNG domestik, jumlah ekspor LNG yang dilakukan Indonesia pada periode 2016-2023 jauh lebih besar. Meskipun memang pada periode tersebut tren ekspor kian menurun, namun pada 2023 jumlahnya meningkat.

Berikut data ekspor LNG periode 2016-2023:

2016: 2.052,52 BBTUD

2017: 1.940,66 BBTUD

2018: 1.907,78 BBTUD

2019: 1.417,00 BBTUD

2020: 1.390,47 BBTUD

2021: 1.294,12 BBTUD

2022: 1.153,71 BBTUD

2023: 1.297,87 BBTUD

Impor LNG

Menurut data Kpler, Indonesia mulai mengimpor LNG sejak 2019. Indonesia telah menerima hampir 820.000 ton LNG hingga saat ini, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan total impor tahun lalu.

Kpler menyebut, sebagian besar impor LNG Indonesia berasal dari terminal-terminal Australia. Namun, Indonesia juga tetap mengimpor LNG dari Amerika Serikat (AS) sejak 2021. Kpler mencatat, volume impor LNG dari AS telah meningkat menjadi 330.000 ton pada akhir September 2024. Volume impor AS meningkat dari total 120.000 ton yang diimpor tahun lalu. 

Energy Aspects mengatakan Indonesia merupakan salah satu eksportir LNG Global yang tidak dapat memenuhi permintaan gas domestik dan memenuhi kontrak ekspor LNG jangka panjang tanpa impor. Mereka memproyeksikan Indonesia dapat memperoleh kembali keseimbangan pasokan antara ekspor dan permintaan impor LNG domestik dalam waktu dekat.

“Pertumbuhan yang kuat di sektor hulu akan mendukung pertumbuhan produksi selama lima tahun ke depan, mengikis kenaikan permintaan,” kata analis LNG Senior Energy Aspects, Tom Purdie dikutip dari NGI, Rabu (30/4).

Menurut data International Group of LNG Exporters, pada periode 2030-2033, hampir 10 juta metrik ton kontrak ekspor LNG Indonesia akan habis masa berlakunya.

“Pada saat yang sama, persentase penurunan komitmen ekspor berjangka waktu akan meningkatkan volume LNG yang tersedia untuk pasar domestik tanpa membahayakan kontrak ekspor internasional,” ujar Purdie.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan