OPEC+ Sepakat Genjot Produksi, Harga Minyak Dunia Anjlok

Image title
5 Mei 2025, 08:59
harga minyak, opec
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Seapup 1 Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) saat perawatan salah satu sumur minyak dan gas di lepas pantai utara Indramayu, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023). PHE ONWJ berhasil mencapai produksi pada tahun 2022 sebesar 27.593 barrel oil per day (BOPD) untuk minyak dan 74,49 million standard cubic feet per day (MMSCFD) untuk gas.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga minyak dunia anjlok usai OPEC+ sepakat untuk menggenjot produksi secara signifikan. Hal ini memperbesar risiko kelebihan pasokan global di tengah permintaan yang menurun akibat perang dagang.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (5/5), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot 3,67% ke level US$ 56,16 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent, terpantau anjlok 3,41% ke level US$ 59,2 per barel.

OPEC+ sepakat menaikkan produksi lebih dari 400 ribu barel per hari mulai Juni mendatang. Para pemimpin OPEC+ juga menggulirkan sanksi terhadap anggota seperti Kazakhstan yang melampaui batas produksi.

Aliansi yang dipimpin Arab Saudi dan Rusia itu tengah mempercepat pembalikan kebijakan pembatasan produksi yang selama ini diterapkan untuk menopang harga, namun merugikan pangsa pasar mereka sendiri. Arab Saudi memberi sinyal bahwa kenaikan serupa mungkin kembali dilakukan dalam waktu dekat.

Langkah OPEC+ memicu lonjakan volume transaksi dengan sekitar 182 ribu kontrak Brent. Harga minyak telah tertekan sepanjang 2025, nyaris menyentuh level terendah dalam empat tahun yang tercatat April lalu.

Kebijakan dagang Presiden AS Donald Trump dianggap memperburuk iklim pertumbuhan, merusak kepercayaan investor, dan melemahkan permintaan energi.

Direktur Analisis Minyak ICIS Ajay Parmar mengatakan kenaikan produksi OPEC+ ini mustahil diserap oleh pasar. Menurutnya, perang tarif yang diberlakukan Amerika Serikat menurunkan permintaan global.

"Pertumbuhan permintaan lemah, terutama dengan pemberlakuan tarif baru-baru ini," kata Ajay.

Jika berlangsung lama, penurunan harga energi bisa menjadi angin segar bagi bank sentral seperti Federal Reserve yang akan mengadakan pertemuan pekan ini. Harga minyak dan bahan bakar yang lebih murah berpotensi meredam tekanan inflasi yang dipicu tarif.

Presiden Trump dijadwalkan mengunjungi Timur Tengah akhir bulan ini telah mendorong OPEC+ untuk meningkatkan produksi guna menurunkan harga energi. Di sisi lain, Arab Saudi tengah berupaya memperkuat hubungan dengan Washington.

Trump menyatakan terbuka untuk menurunkan tarif terhadap China, mengingat beban tarif saat ini sudah membuat kedua ekonomi terbesar dunia itu nyaris berhenti berdagang satu sama lain.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan