Bahlil Duga Ada Unsur Kesengajaan Agar Indonesia Terus Impor Minyak
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menduga ada unsur kesengajaan atau by design yang menyebabkan Indonesia terus mengimpor minyak bumi.
Dia menyebut Indonesia pernah memproduksi minyak 1,5 juta barel per hari (bph) pada akhir tahun 1990an tapi saat ini merosot jadi 580 ribu barel per hari.
Bahlil mempertanyakan, tren lifting migas yang saat ini menurun sebetulnya disebabkan oleh habisnya sumber daya alam atau memang ada unsur kesengajaan.
“Untuk mengamankan perintah Presiden, saya tidak akan mundur sedikitpun untuk menghadapi orang-orang seperti ini,” kata Bahlil dalam acara Energi dan Mineral Forum 2025 di Jakarta, Senin (26/5).
Indonesia, ia mengatakan saat ini memiliki 40 ribu sumur minyak. Namun setengah dari jumalh ini berstatus tidak produktif atau idle sehingga tidak bisa menambah angka produksi.
Selain itu, penambahan produksi minyak RI juga terkendala oleh 301 hasil eksplorasi migas yang belum memiliki rencana pengembangan (POD). Padahal, menurut Bahlil, sesuai Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, konsesi migas diberikan kepada pengelola untuk bisa dimaksimalkan produktivitas migas dan pendapatan negara.
“Jadi kalau izin sudah dikasih, kemudian sudah eksplorasi namun POD-nya dibuat mundur-mundur. Seizin presiden kami akan evaluazi sampai pada tingkat cabut izin,” ujarnya.
10 POD Mangkrak
Sebelumnya, Bahlil mengatakan pemerintah akan menarik izin pengelolaan wilayah kerja (WK) migas yang tidak dikerjakan atau progresnya lambat selama lima tahun.
“Mohon maaf menurut undang-undang lima tahun harus kami tarik kepada negara dan kami tawarkan ke KKKS lain yang mau mengerjakan,” kata Bahlil dalam sambutannya di acara IPA Convex 2025, ICE BSD, Banten, Rabu (21/5).
Bahlil menyebutkan penarikan izin pengelolaan berlaku untuk seluruh perusahaan migas, baik badan usaha milik negara ataupun swasta yang tidak menjalankan komitmen pengembangan WK tersebut sebagaimana mestinya.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan penyebab 10 rencana pengembangan (POD) wilayah kerja (WK) migas tidak berjalan atau mangkrak.
“Ada beragam alasan, mulai dari tantangan komersial, masalah infrastruktur, dan perubahan lanskap ekonomi,” kata Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Pengelolaan Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus.
Dia menyebut penemuan 10 POD mangkrak berawal dari identifikasi SKK Migas. Dia menyebut pada awal 2025 mereka mengidentifikasi ada 52 POD WK migas.
Namun, setelah lima bulan berlalu, ditemukan 10 POD mangkrak. “Sumber daya yang dapat dipulihkan adalah sekitar 551 juta barel minyak dan 0,6 triliun kaki kubik (TCF) gas,” ujarnya.
Dari 10 POD mangkrak tersebut nilai investasinya mencapaiUS$ 1,8 miliar atau Rp 29,38 triliun. Rikky menyebut pengaktifan kembali 10 POD masuk dalam prioritas SKK Migas saat ini.
Tidak hanya itu, Rikky menyampaikan Indonesia juga memiliki 179 temuan migas yang belum dikembangkan dan masih dalam tahap evaluasi awal hingga menengah. Struktur migas ini diperkirakan mengandung 116 juta barel minyak dan 0,4 TCF gas yang bisa dipulihkan.
