PLTU Batu Bara Total Kapasitas 3,2 GW Beroperasi Mulai Tahun Ini

Mela Syaharani
2 Juni 2025, 13:58
Petani menebar pupuk di area persawahan sekitar lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (30/5/2025). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah berencana membangun PLTU sebesar
ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto/nym.
Petani menebar pupuk di area persawahan sekitar lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (30/5/2025). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah berencana membangun PLTU sebesar 6,3 gigawatt (GW) dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034 karena lemahnya komitmen transisi energi global.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru sebesar 3,2 gigawatt (GW) mulai beroperasi pada 2025. PLTU baru tersebut masuk dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2025-2034.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P Hutajulu mengatakan PLTU 3,2 GW tersebut dibangun oleh swasta. Sementara PLTU yang masuk dalam RUPTL terbaru tersebut mencapai 6,3 GW.

“Sisanya 3,1 GW masih kontruksi, ini kami melaksanakan sesuai dengan susunan RUPTL periode sebelumnya,” ujarJisman dalam Diseminasi RUKN dan RUPTL 2025-2034, Senin (2/6).

Selain itu Jisman mengatakan pembangunan PLTU masuk dalam RUPTL karena batu bara bukanlah barang haram. Apalagi batu bara banyak dihasilkan di Indonesia bahkan diekspor.

"Jadi yang perlu diperhatikan adalah emisinya agar tidak berdampak bagi masyarakat dan juga dunia,” ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyampaikan rencana pembangunan PLTU sebesar 6,3 gigawatt (GW) dirasa perlu, sebab penggunaan batu bara masih dibutuhkan oleh Indonesia sebagai pembangkit listrik. Bahlil menyoroti intermitensi dari penggunaan energi baru dan terbarukan, utamanya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

“Kan energi baru terbarukan kita ini, kalau pada siang hari kan dia menyerap. Begitu sore hari, malam hari, udah enggak. Maka, harus ada batu bara,” kata Bahlil pada Senin (26/5).

Selain itu, Bahlil juga mengungkapkan bahwa negara-negara yang mengembangkan energi baru dan terbarukan masih meminta kontrak batu bara kepada Indonesia. Menurut dia, apabila negara yang mengembangkan energi baru dan terbarukan saja masih memakai batu bara, maka tidak ada salahnya bagi Indonesia untuk tetap menggunakan batu bara, seperti membangun PLTU baru.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, tercantum target penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW). Sebesar 61 persen dari penambahan pembangkit listrik, yakni 42,6 GW, berasal dari EBT; 15 persen atau 10,3 GW merupakan storage atau penyimpanan; serta 24 persen atau sebesar 16,6 GW dari tambahan pembangkit listrik merupakan energi yang berasal dari sumber daya fosil, seperti gas sebesar 10,3 GW dan batu bara sebesar 6,3 GW.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani, Antara

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan