Tekan Impor, Pertamina Tambah Produksi LPG Satu Juta Ton


PT Pertamina (Persero) berencana menambah produksi liquified petroleum gas (LPG) dalam negeri mencapai satu juta metrik ton. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri mengatakan hal ini dilakukan untuk mengatasi defisit produksi migas dalam negeri.
Dia menyebut sebagian besar kebutuhan LPG dalam negeri yang mencapai delapan juta metric ton saat ini dipenuhi dari impor. Sementara produksi LPG nasional Pertamina saat ini hanya mencapai 1,6 juta metrik ton.
“Mungkin untuk produksi LPG bisa digenjot agar bertambah sekitar satu juta metrik ton lagi, sehingga produksi dalam negeri nya bisa kami maksimalkan sekitar 2,6 juta metrik ton. Hal ini dapat mengurangi porsi impor LPG kita,” kata Simon dalam konferensi pers di Grha Pertamina, Jumat (13/6).
Simon menyebut perusahaan telah berkomunikasi dengan Kementerian ESDM terkait rencana ini. Dia menyebut masih ada potensi produksi LPG yang bisa dimaksimalkan.
Pertamina juga akan mendorong program hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk mensubstitusi LPG. Selain itu, Simon menyebut perusahaan juga akan memaksimalkan pemenuhan kebutuhan gas masyarakat melalui jaringan gas (jargas) yang disalurkan kepada rumah tangga.
“Namun jargas memiliki satu kendala untuk menjangkau wilayah kepulauan, sehingga kami perlu memikirkan solusi lainnya,” ujarnya.
Tahun ini Pertamina menargetkan dapat menambah 200 ribu sambungan rumah, namun hingga saat ini realisasinya baru mencapai 30%. “Target tahun ini mencapai 200 ribu sambungan, namun baru tercapai 60 ribu. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi kami,” ucapnya.
Potensi Tambahan Produksi LPG Domestik
SKK Migas pada 2024 mengatakan Indonesia memiliki sejumlah lapangan migas yang mengandung potensi LPG.
“Ada 15 lapangan potensial, terdiri atas tujuh lapangan prioritas dan delapan lapangan lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (29/8).
Dwi menyebut, 15 lapangan potensi LPG ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun dia tidak merinci 15 lokasi lapangan tersebut. Kendati demikian, Dwi menyebut terdapat dua lapangan migas yang potensinya paling besar.
“Tapi potensi yang paling besar adalah di East Kalimantan dan Senoro,” ujarnya. Melansir data geoportal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, lapangan Senoro yang dimaksud merupakan Senoro-Toili yang terletak di Sulawesi Tengah.
Dwi juga mengatakan SKK Migas tengah mendorong produksi LPG dalam negeri. “Karena memang ada potensi mendapatkan tambahan produksi dari lapangan-lapangan kita kira-kira sekitar 900 ribu sampai 1 juta ton per tahun,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat ditemui di gedung DPR RI pada Selasa (27/8).
Dwi menyebut sudah ada rencana dari pemerintah kedepan untuk mewujudkan tambahan produksi ini yang dimulai sejak pengajuan rencana pengambangan atau POD. “Jadi nanti untuk POD-POD proyek gas harus kami integrasikan dengan pengembangan LPG lapangan yang kaya gas,” ujarnya.
Guna mendukung produksi ini, Dwi menyebut perlunya dukungan baik pertimbangan harga jual maupun keekonomian untuk proses pemisahan gas bumi menjadi bahan baku LPG yakni unsur C3 dan C4.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebelumnya meminta pengembangan potensi LPG dari lapangan-lapangan major yang dimiliki Indonesia. Merespon hal ini Dwi menyebut pihaknya akan segera menindaklanjuti strategi tersebut dengan mengkomunikasikannya kepada perusahaan migas atau KKKS.
Namun Dwi menyebut, Indonesia saat ini juga masih terus memproduksi LPG. “Sudah ada produksi LPG dari lapangan-lapangang eksisting, kemudian potensinya yg lain-lain juga masih ada,” ucapnya.