Harga Batu Bara Terus Turun, Pakar Sebut Faktor Kelebihan Pasokan

Mela Syaharani
16 Juni 2025, 17:59
Sejumlah kapal tongkang memuat batu bara melakukan lego jangkar di Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (18/2/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Januari 2025 sebesar 21,45 miliar dolar AS atau turun 8,56
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Sejumlah kapal tongkang memuat batu bara melakukan lego jangkar di Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (18/2/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Januari 2025 sebesar 21,45 miliar dolar AS atau turun 8,56 persen dibandingkan Desember 2024 (month to month) yang disebabkan oleh penurunan nilai ekspor nonmigas terutama pada komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta bijih logam terak dan abu.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan harga batu bara acuan terus mengalami tren penuruan sejak Mei 2025. Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan, Bisman Bakhtiar, mengatakan tren penurunan harga batu bara acuan (HBA) saat ini terjadi akibat oversupply atau kelebihan pasokan.

“Secara umum penurunan harga ini disebabkan oleh oversupply, pasokan dan penumpukan di pasar cukup besar,” kata Bisman kepada Katadata, Senin (16/6).

Harga batu bara acuan pada awal Mei mencapai US$ 121,15 per ton, kemudian mulai turun menjadi US$ 110,38 per ton pada periode kedua Mei. Penurunan harga berlanjut pada periode pertama Juni 2025 menjadi US$ 100,97 per ton, dan pada periode kedua Juni menjadi US$ 98,61 per ton.

Bisman mengatakan hal tersebut terjadi karena produksi batu bara negara produsen cenderung naik, seperti Cina, Australia, Rusia, dan Indonesia.

“Di waktu yang bersamaan, permintaan batu bara turun yang disebabkan karena laju industri dan ekonomi secara global yang melambat, serta mulai naiknya tren penggunaan energi terbarukan,” ujarnya.

Menurutnya dengan kondisi tersebut, penurunan harga batu bara akan terus terjadi dan berlanjut. Dia menyebut pelaku usaha bisa berharap adanya konflik atau memanasnya perang Iran dan Israel berpotensi menaikkan harga minyak bumi. 

“Dengan harga minyak dunia naik, maka batu bara sebagai komoditas substitusi energi maka potensial juga akan terkerek naik. Jadi peluang naik harga dalam waktu dekat ini sangat mungkin tergantung eskalasi kondisi global dan situasi konflik Iran Israel,” ucapnya.

Bisman mengatakan pemerintah dan pelaku usaha bisa melakukan sejumlah upaya agar harga batu bara tidak terus turun. Solusi tersebut misalnya pengendalian produksi,  optimalisasi pemanfaatan untuk pasar domestik serta segera melakukan proyeksi hilirisasi batu bara.

“Baik batubara untuk energi (DME) maupun pemanfaatan batu bara untuk produk-produk lain. Untuk itu diperlukan inovasi dan investasi,” katanya.

HBA Periode Kedua Juni 2025

HBA dengan kalori tertinggi pada periode kedua Juni 2025 turun US$ 2,36 per ton atau 2,34% dibandingkan periode pertama Juni. HBA periode ini mulai turun di bawah US$ 100 per ton. 

Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 209.K/MB.01/MEM.B/2025 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan untuk Periode Kedua Bulan Juni Tahun 2025. 

Dalam keputusan tersebut, harga batu bara acuan dibedakan menjadi empat golongan: 

  • HBA dengan nilai kalor 6.322 kilo kalori (kcal) per kilogram (kg) GAR turun 2,34% dibandingkan periode pertama Juni 2025, dari US$ 100,97 per ton menjadi US$ 98,61 per ton.   
  • HBA I dengan nilai kalor 5.300 kcal per kg GAR turun dari US$ 77,59 per ton menjadi US$ 75,64 per ton.   
  • HBA II dengan nilai kalor 4.100 kcal per kg GAR naik dari US$ 50,08 per ton menjadi US$ 50,25 per ton.   
  • HBA III dengan nilai kalor 3.400 kcal per kg GAR naik dari US$ 35,47 per ton menjadi US$ 36,14 per ton.  

Batu bara dengan nilai kalori tertinggi, yaitu 6.322 kcal per kg GAR, menjadi acuan harga jual untuk penyediaan listrik dan bahan bakar di industri, kecuali industri pengolahan dan pemurnian mineral logam. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan