Bahlil: Indonesia Sedang Bahas Konsep Kerja Sama Pembangkit Nuklir dengan Rusia

Mela Syaharani
24 Juni 2025, 15:00
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan keterangan terkait izin tambang nikel Kepulauan Raja Ampat di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025). Pemerintah mencabut empat izin usaha pertambangan (IUP) nikel di Ka
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nz
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan keterangan terkait izin tambang nikel Kepulauan Raja Ampat di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025). Pemerintah mencabut empat izin usaha pertambangan (IUP) nikel di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, antara lain milik PT Anugerah Surya Pratama (PT ASP) di Pulau Manuran, PT Kawei Sejahtera Mining (PT KSM) di Pulau Kawei, PT Mulia Raymond Perkasa (MRP) di Pulau Manyaifun dan Pulau Batang Pele. Serta PT Nurham Pulau Wa
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah RI saat ini sedang membahas konsep kerja sama nuklir dengan Rusia. Hal ini menindaklanjuti tawaran kerja sama nuklir non-militer oleh Presiden Vladimir Putin pekan lalu dalam rangkaian lawatan Presiden Prabowo ke Rusia.

“Kerja samanya seperti apa? Sekarang konsepnya sedang dibahas. Kami sudah membahas tawaran mereka,” kata Bahlil dalam konferensi pers Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 (JGF 2025), Selasa (24/6).

Bahlil menyebut tawaran kerja sama nuklir dalam lawatan Rusia pekan lalu tidak terlalu dibahas secara detail.

Pengembangan nuklir sebagai pembangkit listrik di Indonesia masuk dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2025-2034. Bahlil menyebut model pembangkit nuklir yang ingin dibangun dengan skala kecil hingga menengah, kapasitas 300-500 megawatt di Sumatra Selatan dan Kalimantan Barat.

Bahlil mengatakan tawaran kerja sama terkait nuklir tidak hanya datang dari Rusia, namun juga beberapa negara lainnya. Sejumlah negara sudah menawarkan kerja sa

“Memang ada beberapa negara yang menawarkan untuk kerja sama nuklir dengan Indonesia. Bagi kita, siapapun negaranya tidak ada masalah, selama dia punya hubungan kerja sama sama Indonesia, dan sekali lagi saling menguntungkan. Begitu,” ujarnya.

Bahlil menyebutkan pemerintah telah bertemu dengan Menteri Kanada untuk membahas kerja sama nuklir. Selain Kanada, beberapa negara juga menawarkan hal yang sama namun Bahlil enggan menyebutkannya.

Lirik Teknologi Cina dan Rusia

Indonesia membuka peluang kerja sama pengembangan teknologi nuklir dengan negara-negara seperti Cina dan Rusia. 

“Jadi untuk teknologi PLTN yang ditawarkan ada dari Cina atau Rusia. Ini mungkin juga dibahas dalam kunjungan Pak Menteri ke Rusia, kita tunggu penjelasannya,” kata Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung di Jakarta, Jumat (20/6).

Teknologi yang dipertimbangkan mencakup reaktor skala kecil (small modular reactor atau SMR) maupun reaktor skala besar (large modular reactor atau LMR). “Kami mencoba melihat apakah akan menggunakan teknologi yang skalanya kecil atau besar,” ujar Yuliot. 

Meskipun belum memutuskan jenis reaktor yang akan digunakan, Yuliot menyampaikan bahwa Indonesia telah mempelajari teknologi LMR dari Kanada dan Korea Selatan. Di sisi lain, Indonesia juga tengah menjajaki peluang kerja sama dengan negara-negara pengguna teknologi SMR.

“Kami saat ini mempertimbangkan teknologi yang ditawarkan serta persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang minimal 40%,” tambahnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...