Bahlil Soroti Pergeseran Konsumsi, Pertamina Diminta Perbaiki Layanan BBM
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta PT Pertamina (Persero) meningkatkan kualitas pelayanan bahan bakar minyak (BBM) kepada masyarakat. Hal ini menyusul adanya pergeseran pola konsumsi dari BBM subsidi ke non-subsidi.
“Saya harus mengakui bahwa Pertamina harus meningkatkan cara pelayanan yang baik. Pertamina ini adalah BUMN yang merupakan perpanjangan negara,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jumat (19/9).
Dalam sebulan terakhir, sejumlah SPBU swasta mengalami kelangkaan stok BBM. Kementerian ESDM mencatat pergeseran konsumsi BBM mencapai sekitar satu juta kiloliter.
“Saya sudah minta kepada (Dirut Pertamina) Pak Simon agar memperbaiki pelayanan, kualitas, dan mutunya. Agar betul-betul Pertamina bisa kompetitif dengan badan usaha swasta yang lain,” ujarnya.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung sebelumnya menegaskan, kelangkaan BBM di SPBU swasta dipicu pergeseran konsumsi akibat sistem pencatatan menggunakan QR code.
“Pertamina kan mewajibkan untuk menggunakan QR code, masyarakat perlu mendaftar sehingga mungkin CC kendaraan tidak sesuai. Akhirnya terjadi pergeseran yang tadinya konsumen BBM subsidi Pertalite menjadi non-subsidi,” kata Yuliot di Gedung DPR RI, Rabu (3/9).
Berdasarkan perhitungannya, total pergeseran konsumsi dari BBM subsidi ke non-subsidi mencapai 1,4 juta kiloliter. “Jadi itu yang menyebabkan ada peningkatan permintaan untuk BBM di badan usaha swasta,” kata Yuliot.
Stok BBM SPBU Swasta Tersedia Pekan Depan
Bahlil memastikan pasokan BBM di SPBU swasta akan kembali tersedia mulai pekan depan. Stok tersebut berasal dari impor baru yang dilakukan melalui Pertamina.
“Sudah dibicarakan mulai hari ini (impor dari Pertamina). Insya Allah paling lambat tujuh hari, BBM tersebut bisa masuk ke Indonesia,” kata Bahlil.
Ia tidak merinci asal negara impor, namun menegaskan yang terpenting adalah ketersediaan pasokan. Saat ini, Pertamina Patra Niaga masih memiliki sisa kuota impor sebesar 34% atau sekitar 7,52 juta kiloliter.
Jumlah itu dinilai cukup untuk memenuhi tambahan alokasi bagi SPBU swasta hingga akhir 2025 sebesar 571.748 kiloliter. Meski impor dilakukan melalui Pertamina, Bahlil memastikan harga jual di SPBU swasta tetap stabil.
“Tidak ada kenaikan harga, stabil. Namun tetap bergantung pada harga minyak dunia,” ujarnya.
