Bahlil Sebut Indonesia Akan Setop Impor Solar Mulai 2026

Mela Syaharani
9 Oktober 2025, 16:42
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan keterangan terkait izin tambang nikel Kepulauan Raja Ampat di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025).
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nz
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan keterangan terkait izin tambang nikel Kepulauan Raja Ampat di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia akan setop impor solar mulai 2026. Penghentian impor solar ini berkaitan dengan penerapan Biodiesel 50% dalam BBM.

“(Biodiesel) bisa mengurangi impor solar agar uang negara tidak lari keluar. Atas arahan Bapak Presiden dan sudah diputuskan bahwa 2026 kami dorong B50, sehingga tidak lagi melakukan impor Solar,” kata Bahlil di Investor Daily Summit 2025, Kamis (9/10). 

Biodiesel adalah bahan bakar alternatif terbuat dari minyak nabati atau hewani yang dapat digunakan untuk menggantikan solar pada mesin diesel. Indonesia saat ini telah menerapkan campuran biodiesel 40% atau B40. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, jumlah konsumsi solar pada 2025 mencapai 39,15 juta kilo liter (KL). Angka ini terdiri atas produksi 18,56 juta KL, produksi FAME 13,16 juta KL, dan impor sebanyak 4,9 juta KL atau 10,58% dari total kebutuhan pada 2025. Sementara itu di sepanjang 2024, jumlah impor Solar mencapai 8,02 juta KL.

Implementasi B50 akan mensubstitusi kebutuhan impor minyak solar pada 2026. Selain itu, penerapan B50 juga berpotensi menghemat devisa negara sebanyak US$ 10,48 miliar atau Rp 179,3 triliun.

Penghematan devisa tersebut didapat dari impor solar yang berhasil ditekan setelah program biodiesel diimplementasikan. Secara total, penerapan biodiesel telah menghemat devisa US$ 40,71 miliar di sepanjang 2020 hingga 2025. Berikut rincian penghematannya:

2020: hemat US$ 8,4 miliar

2021: hemat US$ 9,30 miliar

2022: hemat US$ 10,44 miliar

2023: hemat US$ 12,29 miliar

2024: hemat US$ 13,15 miliar

2025: hemat US$ 15,40 miliar

Saat ini, pemerintah sedang menguji penerapan B50 di beberapa kendaraan untuk keempat kalinya, seperti di kereta, alat berat, kapal, hingga mobil.

“Kalau sudah dinyatakan clear and clean, insyaallah semester kedua 2026, kami akan luncurkan untuk B50,” kata Bahlil di Investor Daily Summit 2025, Kamis (9/10). 

Menurutnya penerapan B50 adalah keputusan berani yang diambil negara sebab hal ini berhadapan dengan importir.

Untuk memenuhi kebutuhan biodiesel pemerintah telah menetapkan beberapa langkah. Pertama melakukan intensifikasi lahan yang ada, kedua berpotensi membuka lahan baru dan ketiga mengurangi kuota ekspor.

“Kalau intensifikasi dan pembukaan lahan itu bagus ya tidak mengurangi ekspor,” ucapnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...